32. Tidak Ada Yang Tahu

323 32 1
                                    

Jam setengah enam pagi, semua anak yang ada di balai KKN kelompok tujuh ini sudah rapi meskipun belum berkumpul jadi satu untuk melakukan rutinitas paginya di ruang tamu, yaitu sarapan bareng. Ejuno, Haechan dan Yerin tengah berleha-leha di depan tv. Dengan Haechan yang sedang tertawa ngakak entah apa yang mereka tonton. Yeri, Jino, Lyna dan Tiara sedang bersantai menikmati keindahan sang fajar menyingsing yang menenangkan hati di teras depan sambil nyanyi-nyanyi kecil. Sedangkan gue, Dino dan Mark sedang berada di dapur untuk menyiapkan makanan pagi ini untuk mengisi tenaga sebelum bertempur.

Setelah semuanya siap, gue dibantu oleh Mark dan Dino membawa makanan ke ruang tamu yang hanya ada karpet dan tv serta satu kursi panjang. Menyuruh semua anggota untuk sarapan terlebih dahulu.

"Sarapan cuy! Sebelum makanan habis dimakan si kucing garong!" Seru Dino.

Haechan yang merasa tersindir pun langsung membalas ucapan Dino dengan santainya, "Makan cuy! Dino nggak usah dikasih jatah makan aja. Udah habis sepiring pasti tadi di dapur dia. Jun, ni jatah makan Dino lo embat aja!"

"Enak aja sekate-kate lo kalo ngomong! Tanya Ira sama Mark gue nyesep kopi doang nih tinggal separo!" Balas Dino lagi seraya menunjukkan cangkir warna coklat tua itu ke teman-teman yang lain.

"Masih pagi ya tolong jangan bikin gaduh!" Pungkas Tiara menengahi.

"Udah ayo makan!" Kini Lyna bersuara. Dibandingkan dengan semua orang di kelompok ini, Lyna ini masuk ke dalam golongan yang paling kalem. Bawaannya juga happy terus, mengayomi yang lain.

"Tuh Bu Hajjah sudah ceramah," celetuk Jino.

"Jangan berisik deh lo pada! Tuh mukanya Yerin udah bete kan?" Sahut Mark yang duduk di samping gue.

"Apaan sih lo Mark!"

"Kalo ngomong terus kapan makannya? Laper nih, cacing di perut udah pada konser!" Kata Ejuno.

"Lo sebagai ketua KKN kelompok ini seharusnya bisa mengkondisikan situasi dong. Udah buruan pimpin doa!" Ucap Dino ke sang ketua. Sumpah ya, kelompok gue rata-rata orangnya suka ngegas.

"Kek bocah tau nggak?! Doa sendiri-sendiri aja bisa, malah nyari ribet...satu, dua, tiga berdoa dimulai,"

Dalam hati gue pastikan semua anak memaki Ejuno. Karena sekarang lagi mode berdoa semuanya jadi sabar aja. Hanya Mark yang nggak kuat buat nggak geplak kepala Ejuno begitu dia selesai membuat sang empu kepala marah-marah. Yang lain cuma bisa ketawa ngakak aja melihat wajah Ejuno yang udah kayak ayam betina mau bertelur.

Kita mulai makan. Masih dengan sedikit cerita dan candaan tentunya. Hingga tiba-tiba ada suara nada dering yang berasal dari hp gue. Gue nggak enak karena udah bikin suasana jadi diam seketika. Saat melihat nama kontaknya, gue buru-buru ambil posisi berdiri untuk menjawab, tapi malah Haechan bilang gini,

"Jawab disini aja kali nggak usah pindah segala. Udah tau gue itu pasti telepon dari suami lo kan? Lagian masih sarapan juga nggak mungkin kita nguping, semuanya juga berisik kok," katanya.

Sontak hal itupun gue tanggepi dengan tatapan asem ke dia. Dan kembali menyamankan posisi untuk duduk di tengah-tengah antara Mark dan Jino. Memilih mengangkat telepon di sana.

"Assalamualaikum, kak,"

"Waalaikumsalam. Kok lama jawabnya? Sibuk ya?"

"Enggak ini tadi habis ada sedikit... biasalah beberapa mahasiswa tinggal dalam satu atap pasti ribut,"

"Ira tukang ngadu!" Seru Dino keras. Gue yakin kak Jaehyun denger, karena dia sedang terkekeh geli di seberang sana.

"Nggak lupa sholat subuh kan? Jangan lupa makan, sebelum ngajar pastikan udah sarapan. Meskipun kamu katanya nggak nafsu makan tapi tetep harus makan. Ada nyawa lain dalam tubuh kamu sekarang, harus dijaga bener-bener,"

FATUM • [Jaehyun] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang