22. Mencari Kebenaran

311 38 6
                                    

"Mama nggak bisa dong tutupin ini terus dari aku! Mau sampai kapan aku nggak boleh tau?!"

"Maaf, sayang. Mama nggak tau,"

"Nggak mungkin mama nggak tau!"

"Dulu itu kamu cuma nggak sengaja hampir hilang aja, Ra. Pas ikut mama sama papa belanja di mall,"

"Terus hubungannya sama tato apa ma? Kenapa aku takut bahkan sampe collapse setiap liat orang bertato!"

"Mama nggak tau,"

"Nggak usah bohong kenapa sih, ma? Aku udah cukup umur ya buat tau kenapa aku punya trauma ini. Aku alami kayak gini nggak sekali dua kali, aku sampe takut pergi keluar rumah setiap habis kambuh. Takut liat mereka aku takut mati, ma!"

"Maafin mama sayang, kamu tolong jangan bilang kayak gitu dong!"

"Aku semakin yakin kalau mama minta maaf kayak gini emang dulu pernah ada apa-apa sama aku. Jangan bikin aku marah sama mama, ma. Aku nggak mau dosa kalau benci atau marah sama mama."

Gue lempar kasar hp gue kearah dinding kasur setelah memutus sambungan telepon secara sepihak hingga menimbulkan suara benturan yang lumayan keras. Geregetan, bingung, frustasi sama diri gue sendiri kenapa gue bisa punya trauma seperti ini disaat gue nggak tau penyebabnya. Gue semakin yakin dengan pikiran gue yang mungkin gue ini punya gejala amnesia. Pasti ada memori yang hilang dari kepala gue. Dan keluarga gue nggak mau jujur akan hal itu.

Tapi kenapa? Gue yang mengalami semua kejadiannya tapi gue dilarang untuk tahu.

Kak Jaehyun hanya duduk membisu di kursi kerjanya sambil menatap kearah gue yang masih terlihat marah. But I don't care at all.

Ini pertama kalinya gue marah-marah sama mama di depan kak Jaehyun. Mungkin dia kaget aja. Hingga beberapa saat kemudian dia berjalan kearah gue dan menuntun gue buat duduk di tepi ranjang.

"Dosa kamu bentak mama kayak tadi," katanya datar.

"Aku berhak tau apa yang menimpa aku dulu, kak! Nggak mungkin tanpa alasan kan aku jadi kayak gini? Kakak sendiri yang bilang kalau setiap kejadian yang terjadi di dunia ini pasti ada alasannya,"

"Iya. Tapi nggak gini caranya,"

"Aku trauma tapi aku nggak tau penyebabnya, kak! Bayangin dong kalau jadi aku gimana rasanya?! Aku takut!"

"Iya tapi nggak baik marah-marah sama orang tua. Terlebih lagi itu mama kamu, orang yang ngelahirin kamu!"

"Sekarang kak Jaehyun mau ikut-ikutan kayak mama iya?! Emang ya nggak mama nggak Mas Doyoung sekarang ketambahan kak Jaehyun lagi, semuanya nggak ada yang peduli sama aku. Bosen aku jadi orang baik!"

"FEIRA!"

"APA?!"

"Berani kamu bentak suami!"

"KAK!" - ada jeda sedikit sebelum gue mulai kembali membuka suara.

"Aku hanya pengen tau alasannya aja. Kak Jaehyun sebagai suami aku harusnya ngertiin aku, dong. Aku cuma minta kak Jaehyun buat ngertiin aku nggak cintai aku. Dari dulu kak, trauma ini ada sejak aku masih sekolah dasar, sampai sekarang masih ada. Bayangin dong rasa takutnya aku gimana? Aku aja nggak tau-aku nggak tau penyebab utama dari ini semua. Aku yakin kak, mama tau kenapa aku punya trauma ini. Tapi kenapa dia nggak mau bilang. Kenapa!"

"Mungkin mama belum siap buat cerita. Dia butuh waktu juga, bisa jadi ini terlalu berat buat kamu terima nantinya, atau bahkan terlalu berat bagi mama kamu buat cerita,"

"Butuh waktu sampai kapan? Sampai trauma aku ini kambuh lagi, atau sampai aku nggak kuat menghadapi ini terus aku mati, iya?!"

"FEIRA, OMONGAN ITU DOA! Kamu jangan emosi. Jangan ngomong ngelantur nggak masuk akal kayak gitu lagi!"

FATUM • [Jaehyun] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang