72. Bertahan

194 28 1
                                    

"Adek titip Areta bentar ya, mas. Nanti pulang adek langsung kesini," ucap gue pada Mas Doyoung.

Hari ini gue harus ke kampus, untuk mengambil toga buat gue wisuda kelak. Tinggal satu bulan lagi gue sudah wisuda, nggak nyangka. Hidup gue lumayan tentram lah, karena ucapan bang Taeyong dulu itu bener. Hyebin tidak kembali berulah. Semoga saja dia sudah tobat, sadar kalau apa yang dia lakukan itu salah. Nggak ada gunanya.

"Ini kalau dia poop, popok dan segala macam di dalam tas. Kalau dia nangis berati dia ngantuk, laper, kalau enggak ya buang air. Jangan di tinggal sendirian, meskipun belum bisa ngerangkak jangan ditinggal sendiri pokoknya. Kalau kepepet jangan lama-lama. Nanti ASI dikasih kalau dia laper aja, kalau udah gigit-gigit tangan berati dia udah laper,"

Mas Doyoung hanya diem dengan tatapan pasrah karena gue harus titipkan anak gue ke dia. Mama Reisya lagi nggak di Jakarta, dan mama gue lagi ada acara sama ibu-ibu kompleks jenguk tetangga di luar kota. Pulangnya malem. Papa kerja, Jeno sekolah, Mas Jaehyun ngajar, yang tersisa cuma Mas Doyoung. Dia udah kayak keberatan banget dengan segala instruksi yang gue berikan tadi.

"Oh iya, cara beri dia ASI botolnya di rebus dulu biar nggak ada kuman yang nempel," imbuh gue.

"Gimana caranya botol bayi di rebus?" Matanya menyipit seraya menyenderkan tubuhnya ke belakang sofa.

"Ya di rebus dulu. Masak nggak tau cara merebus sih, mas. Air dipanasin di atas kompor sampe mendidih, terus botolnya di masukin ke situ selama lima sampe sepuluh menit. Habis itu baru bisa digunain. Terus ASI nya adek taruh di kulkas, ngancerinnya jangan di didihkan, inget!"

"Terus?"

"Di aliri aja pake air terus direndam di air anget. Inget, jangan air panas tapi air anget, nggak boleh lebih dari 37°C pokoknya. Entar nutrisinya ilang. Kalau udah cair, baru dipindah ke botol terus dikasih ke Areta nya," jelas gue lagi.

"Adek jangan lama-lama, mau minta tolong pacar mas juga dia kerja. Mas nggak bisa jaga bayi lama-lama, takut,"

"Iyaaa. Nih!"

Gue menyerahkan Areta kepada gendongan Mas Doyoung. Dia masih tidur, jadi belum rewel. Mas Doyoung keliatan gemes tapi takut juga ekspresi nya, jadi pengen ketawa. Ya gimana, cuma dia yang bisa gue mintai tolong.

"Cara ganti popoknya gimana? Mas beneran nggak mudeng, dek," ucapnya lesu.

"Duh mas adek keburu ini, entar cari tutorial di YouTube aja ya,"

Mas Doyoung menghembuskan nafas pasrah, lalu mengangguk setuju. Gue cium sebentar Areta dan salim ke Mas Doyoung. Setelah itu gue pamit buat ke kampus.

Gue dijemput sama Yura, dia udah ada di depan rumah gue sekarang ini. Nggak mau masuk katanya udah keburu. Motor gue udah dipegang Jeno sekarang, sedih. Jadi nggak punya motor. Ini semua gara-gara suami tersayang. Coba aja motor nggak dikasih ke Jeno dulu pas gue masih hamil, pasti sekarang motor kesayangan gue masih jadi hak milik gue.

"Mau dia jaga Areta?" Tanya Yura.

"Dengan segala bujuk rayu lah," jawab gue dan Yura terkekeh.

Kita pun langsung meluncur ke kampus. Dan beberapa menit kemudian kita berdua sampai. Lumayan banyak mahasiswa, ya namanya juga kampus. Kita jalan ke kelas kita, dan ternyata sudah ada banyak temen sekelas gue yang pada ribut. Mark dan Lucas juga keliatan nimbrung bareng temen-temen yang lain. Ini tumben sih, kayaknya ada berita panas kalau udah ribut kek gini.

Gue dan Yura pun ikut nimbrung, untungnya gue nggak diusir. Untungnya lagi, setelah beberapa bulan terlewati, orang-orang yang tadinya selalu gunjing gue, udah pada bosen dan memilih menerima gue kembali. Syukur alhamdulilah gue udah nggak di bully lagi di kampus.

FATUM • [Jaehyun] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang