"Mas jagain Areta bentar aku mau masak!" Teriak gue dari ruang tengah.
Tak lama ayah dari anak gue itu datang dari arah kamar, mengenakan celana jeans panjang dan kemeja polos.
"Nggak usah masak, makan diluar aja yuk!" Ajaknya tiba-tiba.
"Lah tumben,"
"Sini dedek sama ayah dulu, biar bunda kamu ganti baju. Udah nda buruan sana ganti,"
Dengan kebingungan gue tetep melaksanakan perintahnya. Yang tadinya cuma pake kaos oblong dan celana pendek selutut ganti jadi pake celana jeans dan baju kasual. Setelah memoles wajah sedikit gue keluar dan mendapatkan sepasang ayah dan anak itu tengah bercanda. Lebih tepatnya Mas Jaehyun yang menggoda Areta.
"Udah nih, mau makan dimana emang?" Tanya gue.
"Deket kok, kalau kejauhan kasihan dedek. Udah bawa perlengkapan dedek belum?"
"Udah. Nih!" Gue menunjukkan tas kecil berisi keperluan Areta. Barangkali dia poop tiba-tiba.
"Yaudah, yuk! Dedek sama bunda ya," Mas Jaehyun menyerahkan kembali Areta ke gendongan gue. Lalu meraih tas punya Areta dan berjalan keluar rumah.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua puluh menitan, akhirnya kita sampai di sebuah restoran yang terlihat sangat elegan tapi terkesan mewah.
"Jangan bilang mas udah bikin reservation?"
"Emang udah," dia senyum bangga.
"Bener?! Mas kok aneh gini sih," gue mengerutkan kening karena tak biasanya dia seperti ini.
Saat ada pelayan yang menyambut kami dan bertanya apakah sudah membuat reservation dan Mas Jaehyun menjawab, kami diantarkan ke sebuah pojok ruangan yang masih menyatu dengan meja lainnya tapi lebih terjaga privasinya. Setelah membuat pesanan, gue menatap mata Mas Jaehyun penuh selidik. Sedangkan yang ditatap malah biasa aja sambil mainan hp.
"Kenapa sih, nda...liatnya gitu amat," ucapnya.
Tiba-tiba terlintas pikiran konyol di kepala gue. Apa dia mau merayakan kalau gue udah lulus sidang skripsi? Seketika gue tersenyum sambil menyenderkan tubuh ke belakang, dan tangan yang sibuk menepuk pantat Areta.
"Apa jangan-jangan mas ngajak kesini karena mau ngerayain kelulusan aku ya?!" Seru gue.
Mas Jaehyun mengangkat kepalanya, menatap gue dengan senyum di wajahnya.
"Selamat ya, maaf tadi nggak bisa datang," katanya secara nggak langsung mengiyakan pertanyaan gue.
"Padahal masih sidang skripsi, belum wisuda. Bahkan aku masih harus revisi sedikit skripsi aku sebelum bener-bener di setorkan. Tapi udah dapet hadiah segini banyaknya. Yura, Mark, Lucas, Jeno, Mama, Mas Doyoung, sekarang kamu juga. Aku jadi nggak enak,"
"Nggak papa, makan malam kayak gini juga kan kita jarang, nda. Biarpun udah punya anak, pacaran itu perlu,"
"Makasih, mas," ucap gue malu.
"Sama-sama,"
"Mas masih puasa kan? Ini masih butuh setengah jam lagi buat jam buka puasanya," tanya gue, baru ingat kalau dia tengah berpuasa.
"Masih lah! Nanti makanan nya dateng pas mau maghrib kok, aku udah bilang kemarin pas bikin reservation. Atau kamu mau makan duluan?" Tawarnya.
"Nunggu sekalian aja,"
Mas Jaehyun ngangguk aja. Lalu tiba-tiba dia mengeluarkan kotak kecil warna putih, dan menyerahkannya ke gue. Karena bingung pun gue bertanya,
KAMU SEDANG MEMBACA
FATUM • [Jaehyun] ✓
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [SELESAI] ✓ [FATUM] • Bahasa Latin yang mempunyai arti "takdir". Dalam bahasa Inggris sering disebut dengan kata "fate". ~ "Layaknya FATUM, sedari kecil memang kita sudah ditakdirkan untuk bersama. Meskipun awal pertemuan k...