Hai 🤓
–
"Jae, kamu mau tinggal bareng kita apa mau cari rumah sendiri? Sekarang kan kamu udah nikah, siapa tau lebih nyaman kalau tinggal di rumah sendiri,"
Kita lagi melakukan kegiatan sarapan saat tiba-tiba papanya kak Jaehyun ngomong kayak gitu.
"Aku masih bingung, pa,"
"Saran kakak kamu cari rumah sendiri. Bukannya ngusir, tapi kamu udah punya keluarga sendiri. Punya tanggung jawab," imbuh kak Shinta.
"Ira gimana?" Tanya papanya kak Jaehyun sambil natap gue.
"Terserah, pa. Aku ngikut kak Jaehyun aja," jawab gue.
Mama kak Jaehyun sedari tadi cuma diem. Ngomong seperlunya aja saat ditanya atau dirasa beliau perlu bicara.
"Menurut mama gimana?" Tanya Papanya kak Jaehyun ke istrinya.
"Mama mah terserah Jaehyun aja. Dia mau ya silahkan, enggak ya silahkan,"
Jujur aja, ide papa Jiho ini gue sangat setuju. Tapi nggak berani bilang kalau gue langsung mau dengan tawaran beliau. Takutnya malah nanti dikira gue matre atau apalah itu. Jadi gue cuma bisa jawab kayak tadi.
Dengan punya rumah sendiri tentunya bakal menguntungkan gue maupun kak Jaehyun. Gue bisa jadi lebih nyaman aja saat ditinggal kak Jaehyun kerja. Jujur aja, tinggal bersama mertua itu sangat berat. Harus bangun pagi bantu bersihkan rumah ikut masak dll, tapi bukan itu masalahnya. Toh gue sebagai cewek apalagi seorang istri hal kayak gitu udah jadi tanggung jawab gue. Aneh malahan kalau gue nggak ngelakuin itu semua. Namun dengan tinggal di rumah sendiri jadi apa-apanya murni gue sama kak Jaehyun yang ngurus. Nggak ada campur tangan dari pihak mertua. Dan lebih merasa nyaman tentunya.
Tapi kembali lagi, itupun kalau kak Jaehyun setuju buat cari rumah sendiri.
"Iyadeh, nanti aku cari rumah sendiri,"
Ini kak Jaehyun cenayang atau apa sih. Atau hanya kebetulan aja pikirannya sama dengan pikiran gue. Yang lebih memilih buat tinggal sendiri dan misah dari keluarga.
"Nah, kalau gitu, mumpung kalian sama-sama libur, mending sekarang nyicil cari perlengkapan rumah tangga aja. Rumahnya nggak usah bangun sendiri, beli aja. Jadi nggak butuh waktu lama," saran papa Jiho.
"Belinya yang udah paket sama isinya aja. Biar nggak ribet. Perlengkapan tambahan kayak perlengkapan dapur dan lain lain baru kalian beli kalau masih ada yang kurang cocok," imbuh mama Reisya.
"Sekarang belinya?" Tanya kak Jaehyun, dari tadi gue cuma diem sambil nyimak aja.
"Mumpung semua libur, Jaehyun. Besok kamu sama Ira kan sibuk kerja sama kuliah,"
"Yaudah iya," gue liat kak Jaehyun cuma bisa pasrah saat ini.
.
.
Disinilah gue dan kak Jaehyun sekarang, di sebuah department store. Tapi kita berada di bagian dimana disitu banyak menjual perabotan rumah tangga.Kalau kayak gini udah beneran kayak pasangan suami-istri baru. Beneran. Tapi emang bener sih. Gue jalan sambil melihat peralatan dapur, sedangkan kak Jaehyun mendorong troli di samping gue. Jangan lupakan perasaan canggung itu, tentu masih ada sampai sekarang.
"Kak Jaehyun nggak mau milih?" Tanya gue pelan sambil noleh ke arahnya.
"Kamu aja yang pilih, aku nggak paham dengan begituan. Yang menurut kamu perlu dibeli dan kamu butuh, masukin aja ke troli,"
Oke, itu kalimat paling panjang yang pernah ia ucapkan ke gue selain kalimat ijab qobul kemarin. Gue mengangguk untuk merespon ucapan kak Jaehyun barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATUM • [Jaehyun] ✓
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [SELESAI] ✓ [FATUM] • Bahasa Latin yang mempunyai arti "takdir". Dalam bahasa Inggris sering disebut dengan kata "fate". ~ "Layaknya FATUM, sedari kecil memang kita sudah ditakdirkan untuk bersama. Meskipun awal pertemuan k...