3. What Kind of Person

380 46 4
                                    

"Gue pulang dulu Ra, Cas!"

Yura pamit ke gue sama Lucas saat Mark sampai di depan gerbang kampus buat jemput. Gue cuma melambaikan tangan sebagai respon. Sedangkan Lucas malah mengibaskan tangannya seakan mengusir Yura.

"Yuk pulang," ajak Lucas.

"Cas, malam nanti keluarga Om Jiho bakal dateng. Aku harus gimana?"

Lucas mengelus rambut gue dengan senyum andalannya.

"Ya nggak harus gimana-gimana,"

Mendengar respon Lucas yang kayak biasa aja kok gue jadi sedih. Seakan-akan pisah sama gue itu bukan hal yang berat bagi dia.

"Kamu selama ini cinta aku nggak sih?" Tanya gue.

"Kok tanyanya gitu?"

"Ya aku ngerasa aneh aja. Kemarin setelah aku cerita semuanya kamu dengan mudahnya langsung ngajak putus. Kamu masih bisa ketawa sedangkan aku udah nangis karena jujur aku nggak rela buat pisah sama kamu. Hari ini pun sama, kamu bersikap biasa aja ke aku kayak sekarang hubungan kita baik-baik aja. Aku bilang ke kamu kalau nanti malem aku bakal dilamar orang lain tapi kamunya kayak nggak ada rasa sedih sedikitpun, aku ragu kalau selama ini kamu cinta sama aku," jelas gue.

"Kamu salah. Jelaslah aku sedih, Ra. Tapi aku nggak mau nunjukin sisi itu ke kamu. Kalau kamu sedih aku juga sedih, kita nggak bisa apa selain kita harus lanjut sama hubungan kita. Dimana kita tau kalau hal itu nggak mungkin dengan keadaan yang sekarang. Aku cuma pengen nunjukin ke kamu kalau dengan kita pisah kaya gini nggak membuat kita jatuh dalam kesedihan terus. Dalam kehidupan nggak semua yang kita harapkan bisa tergapai, Ra. Salah satunya ya kita, kita nggak bisa bersatu. Kita temen sekarang, bukan pacar. Aku juga lagi berusaha buat ikhlas asal kamu tau. Karena aku sayang banget sama kamu. Karena aku nggak mau kamu tambah sedih dengan liat aku sedih, makanya aku kayak gini,"

Disaat seperti ini gue nggak bisa apa-apa. Gue rapuh serapuh-rapuhnya. Dan lagi, gue cuma bisa nangis dalam pelukan mantan pacar gue.

"Jangan nangis lah, mbul. Mending kamu cepet kasih tau ke Yura sama Mark. Mereka juga perlu tau kalau kita udah nggak ada hubungan lagi,"

"Jangan ikut-ikutan si kunyuk manggil aku gembul,"

"Tapi emang kamu gembul, Feira,"

"Makasih ya, Lucas. For always understanding me and supporting me. Always being on my side,"

"My pleasure,"

———————

Gue udah sampe rumah jam 3 kurang 5 menit. Mama lagi masak di dapur, pasti itu buat jamuan nanti malem. Papa nggak keliatan, mungkin lagi keluar atau nggak di kamarnya. Sedangkan Jeno, palingan juga lagi ayik main PS di kamarnya.

Gue nyamperin mama ke dapur karena tadi gue salam aja nggak ada yang respon. Mungkin mama nggak denger karena lagi ngaduk adonan pake mixer.

"Ma aku salam kok nggak dijawab sih?"

"Eh, udah pulang? Maaf mama lagi bikin kue nanti buat camilan,"

"Beneran ini aku yang nikah ma? Bukan Mas Doyoung?"

Mama natep gue prihatin, gue yakin kok kalau mama sebenernya nggak mau ngelepas gue buat orang yang belum mereka kenal bener.

"Maafin mama sama papa ya sayang. Mama juga nggak tau kenapa kakak kamu tega nggak mau pulang dan bantu papa,"

"Ma," panggil gue dengan mata berkaca-kaca.

FATUM • [Jaehyun] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang