54. Mencari Informasi

247 31 2
                                    

Perihal masalah Mas Doyoung yang selalu berurusan sama Hyebin, gue udah bulatkan tekad. Kalau gue juga harus menggali informasi supaya tau apa yang sebenarnya terjadi. Tentu udah gue pikirin matang-matang, mengingat kalau sekarang ini gue masih sibuk nyusun skripsi yang sampai sekarang masih sampai bab empat. Gue kenal salah satu teman Mas Doyoung yang pinter dalam urusan mencari informasi. Semoga saja dia mau membantu.

Sekarang ini gue lagi bantu mama nyiapin makan malam. Setelah sholat Maghrib tadi mama langsung nyiapin masakan untuk keluarga. Udah hampir selesai, tinggal menata piring di meja aja makan malam akan segera terlaksana. Mungkin sekarang kak Jaehyun sedang ada di bandara di Batam, menunggu jam terbangnya bersama dosen yang lain.

Papa sama Mas Doyoung udah duduk manis di kursi, dan tak lama Jeno turun dari lantai dua dan memilih duduk di samping Mas Doyoung. Mimik wajahnya seperti nggak punya semangat hidup.

"Nih taruh," perintah mama ke gue.

Gue taruh lauk tempe dan telur ini di meja makan dan bergabung bersama yang lain. Mama duduk di samping gue, dan acara makan pun di mulai.

Kali ini ada yang aneh sama Jeno. Nggak seperti biasanya yang selalu cerewet dan ada saja yang ia bicarakan, namun tidak untuk saat ini. Perubahan sikap Jeno ini kalau gue perhatiin semenjak kita pulang dari jalan-jalan pagi tadi. Apa dia lagi ada masalah sama pacarnya? Kan biasa kalau pacaran terus ada masalah terus marah terus ngambek dan bikin hati galau.

"Sayurnya Jen, makan kok garingan. Nggak seret apa?" Titah papa.

"Iya," balasnya langsung.

Gue cuma melihat dia sambil berdecak prihatin.

Selesai makan malam, lagi-lagi gue bantu mama buat beresin semuanya. Nyuci piring, gelas, sendok, dan alat masak sampai bersih tuntas. Selama itupun gue tanya ke mama,

"Kunyuk kenapa sih, ma?"

"Bukan Jeno tapi kamu. Kamu kenapa, sih?"

Balasan mama bener-bener bikin gue bingung. Sepertinya yang aneh itu Jeno bukan gue, tapi malah gue yang ditanya kenapa. Gue mengelap tangan gue yang basah karena telah selesai nyuci piring. Lalu memandang mama penuh tanda tanya.

"Kok jadi aku?"

"Bisa ya kamu main kucing-kucingan sama mama?!" Nadanya agak tinggi.

"Aku barusan tanya Jeno kenapa, kok malah mama marahin aku?"

"Jeno cerita sama mama tadi, takut-takut bilang ke mama kalau kamu jadi korban bullying di kampus sama orang bernama Hyebin. Siapa dia?"

Loh. Kok si Jeno bisa tau sih. Dia tau dari mana? Perasaan gue udah sembunyiin ini dari keluarga gue maupun keluarga kak Jaehyun. Bahkan gue nyuruh kak Jaehyun nggak bilang siapa-siapa. Tapi nggak ada air nggak ada angin, mama tau dan katanya dari Jeno. Bahkan gue yakin, tadi pagi saat gue tak sengaja menyebut nama Hyebin ketika jalan-jalan pagi Jeno juga nggak tau sebenernya Hyebin itu siapa.

"Kenapa diem? Bener kan? Sakit hati mama denger cerita adek kamu yang katanya kamu dikatakin pelacur sama orang-orang! Di fitnah di jahatin di bully, bisa-bisanya kamu sembunyiin ini dari mama? Sejak kapan?!"

Gue cuma nunduk sambil menahan tangis. Nada bicaranya mama bener-bener bikin gue jadi merasa bersalah, nada ketika dia marah. Sungguh, gue nggak pengen orang lain tau selain kak Jaehyun dan temen-temen gue ya karena ini. Gue nggak mau semua orang khawatir.

"Sejak kapan kamu dikatain pelacur, Ra?!" Bentak mama.

"Pelacur? Apa ini? Siapa yang dikatain pelacur?" Papa datang dari bilik kamar.

FATUM • [Jaehyun] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang