67. Hadirnya Malaikat Kecil

711 34 4
                                    

Gue terbaring lemah tak berdaya di atas kasur rumah sakit. Menahan rasa sakit yang sangat luar biasa. Pinggang belakang rasanya udah seperti mau patah. Apalagi bagian bawah sana yang berdenyut tidak karuan. Keringat membasahi tubuh gue, air mata udah bikin wajah gue lengket.

Benar, melahirkan seorang anak memang sangat menyakitkan. Apalagi ini pertama kalinya bagi gue. Pengen banget marah karena disini gue berjuang sendiri. Bukan karena gue sendirian di rumah sakit, tentu saja semua keluarga gue dan kak Jaehyun ada disini dari tadi pagi. Semangatin gue untuk tetap kuat. Gue marah karena disini hanya gue yang merasakan sakit. Dan lagi, bukan marah dengan arti pada umumnya. Intinya marah karena ini rasanya sangat menyakitkan.

"Minum dulu, ya?" Kak Jaehyun memberikan gelas berisi air putih, menaruh sedotan juga biar gue nggak perlu bangun.

Gue minum air putih itu hanya sedikit. Kak Jaehyun kembali meletakkan gelas itu di atas meja. Kak Jaehyun melihat gue sangat iba dan kasihan. Berkali-kali juga dirinya mengelap peluh yang memenuhi dahi dan leher gue. Menciumi seluruh wajah gue, dan tak lupa perut buncit gue. Sesekali juga dirinya melantunkan ayat-ayat tepat di depan perut gue pula, yang berhasil mencipta rasa tenang.

Ini sudah lebih dari setengah hari, dan kata dokter ini masih pembukaan enam. Dengan alasan awal kenapa gue memilih buat lahiran normal, karena gue terlalu takut untuk di operasi. Itu karena sebelumnya gue pernah lihat proses operasi caesar di YouTube dan bikin gue takut setengah mati. Membayangkan perut dan seisinya di robek-robek menggunakan pisau dan gunting, tidak, gue nggak punya keberanian. Meskipun akan di bius juga gue nggak mau.

Dokter datang bersama beberapa perawat dan mengecek kondisi gue. Membuka selimut yang gue pakai untuk menutupi tubuh bagian bawah.

"Masih pembukaan enam ya, Bu. Tahan, sabar. Tarik napas, dielus terus perutnya biar mulesnya nggak begitu kerasa. Pak, ditemani istrinya dan pastikan jangan sampai pingsan. Bisa bahaya. Dan jangan suruh mengejan. Meksipun rasanya sakit banget jangan mengejan. Tunggu arahan dan instruksi dari dokter,"

"Iya, dok," jawab kak Jaehyun.

"Di sambi buat jalan-jalan juga lebih baik," saran dokter tersebut.

Dokter itu keluar lagi. Kak Jaehyun menatap gue dengan mata yang berkaca-kaca. Gue tahu dia pasti juga sangat khawatir dan juga takut. Tapi gue nggak bisa apa-apa. Gue lebih takut lagi dari dia. Karena ini sangat menyakitkan gue takut gue nggak akan kuat karena gue udah mulai lemes.

Kak Jaehyun mencium bibir gue dan memberikan sedikit lumatan. Memeluk tubuh gue untuk bisa menenangkan. Menaruh kepalanya di ceruk leher gue, mengarahkan mulutnya ke sisi telinga gue untuk membisikkan kata-kata penyemangat. Katanya, memberikan istri too many skinship dapat mengurangi rasa sakit. Dan suami gue tengah memberikan hak itu.

"Sakit banget kak...aku ngejan sekarang aja boleh?"

"Jangan. Jangan ngejan ya, tahan dulu. Nanti dedeknya dalam bahaya,"

"Tapi sakiitt...aku nggak kuat kak,"

"Kuat. Kamu bisa. Sabar, berdoa. Aku juga bantu doa dari tadi,"

Gue memang belum di pindahkan ke ruang bersalin, kata dokter saat gue udah memasuki pembukaan akhir baru dipindahkan. Mama masuk bersama Jeno dan Mas Doyoung. Memang, semua keluarga datang ke rumah sakit. Tapi ada beberapa dari mereka seperti kak Shinta dan mamanya yang lagi balik ke rumah untuk mandi dan makan. Terus papa yang juga lagi di balik ke kantor karena ada klien penting tiba-tiba datang dan harus dilayani. Padahal ini udah hampir Maghrib.

"Gembuuulll..." Jeno menghampiri gue.

Gue yang sangat lemes pun cuma diem aja.

"Coba jalan-jalan yuk, keliling kamar aja," tawar kak Jaehyun.

FATUM • [Jaehyun] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang