57. Stress

264 28 0
                                    

"Kamu lagi banyak pikiran atau gimana, Feira?"

"Maaf, Pak,"

"Kok malah minta maaf. Kata itu malah yang harus saya katakan ke kamu karena kamu harus revisi lagi,"

Penjelasan Pak Yuno membuat gue semakin pusing. Total sudah tiga kali di poin yang sama gue harus revisi skripsian. Padahal saat mengerjakan juga kayaknya udah gue pikir bener-bener biar nggak revisi, tapi akhirnya malah sama saja. Lagi dan lagi gue harus merevisi hasil tulisan gue.

Gue juga nggak tau kenapa akhir-akhir ini bawaannya emosi mulu. Ngerjain skripsi juga pas awal buka laptop rasanya malas, berat banget. Padahal kurang empat bulan lagi sudah harus sidang. Kalau gini ceritanya bisa-bisa gue mundur waktu wisuda nya. Jelas, mundur wisuda adalah mimpi buruk yang paling terburuk.

"Masih ada beberapa yang saya tandai tadi. Kamu perbaiki sebaik mungkin, ya? Kalau masih bingung, lihat chapter sebelumnya pokok bahasan kamu apa. Hasil penelitiannya harusnya sama. Jika finding kamu ada tiga ya results harus ada tiga. Dan masing-masing harus dijabarkan dan dijelaskan," jelas Pak Yuno.

"Baik, Pak. Terimakasih,"

Setelah beberapa menit di ruangan Pak Yuno, akhirnya gue bisa juga menghirup udara bebas dan segar di luar gedung fakultas gue. Lucas udah nunggu di gazebo katanya. Iya, dia masih suka antar gue pulang. Dan karena usia kandungan gue udah jalan enam bulan jadinya dia ganti kendaraan. Yang awalnya dia bawa motor sekarang ganti bawa mobil. Padahal mah gue nggak masalah mau pake motor pun, toh gue bisa bonceng miring kan? Terus Lucas juga nyetirnya pelan.

Sampai di gazebo yang Lucas bilang tadi lewat pesan, ternyata Lucas lagi nggak sendirian. Ada orang lain disana, lebih tepatnya cewek. Gue tau, dia gebetan Lucas saat ini. Yuki namanya. Lihat Lucas senyum lebar dan bercanda bareng sama cewek lain, gue seneng. Hanya saja aneh liatnya, karena dulu gue juga pernah dalam posisi seperti itu, dengan cowok yang sama pula. Gue pun memilih untuk menghampiri keduanya.

"Hai," sapa gue.

Lucas noleh dan langsung berdiri. Sedangkan Yuki cuma senyum tipis ke gue.

"Udah, Ra?" Lucas tanya.

Gue mengangguk.

"Mau jalan ya? Kalau iya bisa kok gue pesen taksi aja, biar Lucas sama lo," kata gue ke Yuki.

"Enggak kok, kak. Kak Lucas bisa anter kakak dulu. Tadi nggak sengaja ketemu aja, kok,"

Yuki ini adek tingkat, jadi wajar dia manggil kita dengan sebutan kakak.

Gue tatap Lucas, dan dia cuma senyum terus ngangguk membetulkan omongan Yuki.

"Beneran? Nggak ganggu kan?"

"Enggak, Feira. Yuk pulang," Lucas ngajak gue.

"Aku pulang dulu, ya? Kalau udah sampe rumah kabarin," kata Lucas ke Yuki.

"Iya, kak,"

Gue senyum-senyum aja lihat Lucas kayak gitu. Jadi aneh sendiri lah pokoknya.

Akhirnya gue sama Lucas pun jalan ke parkiran. Sampai di dalam mobil Lucas langsung tancap gas ke rumah gue. Selama perjalanan kita diem. Nggak kayak biasanya, bikin awkward. Padahal sebelumnya gue sama dia nggak pernah kayak gini.

"Sekarang kamu beda, ya?" Ucap gue tiba-tiba.

"Beda gimana?" Katanya lalu noleh ke samping sebelum dia fokus lagi pada jalanan.

"Ya beda aja. Aku sih ngerasa nya gitu, nggak tau kalau kamu,"

"Aku ngerasa biasa aja, tuh. Aku tau mungkin kamu ngerasa aneh dan nggak nyaman setiap liat aku bareng cewek lain dimana kamu pernah ada di posisi dia. Tapi aku nggak berubah seperti yang kamu bilang barusan. Aku masih Lucas yang dulu,"

FATUM • [Jaehyun] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang