"Yura, gue nanti main ke rumah lo, ya?" Ucap gue.
"Boleh. Ponakan gue juga lagi main ke rumah kayaknya. Entar lo bisa main sama dia,"
"Bang Yuta lagi pulang berati dong?"
"Iya, tapi nggak sama istrinya. Istrinya ada keluar kota dua hari, jadi dia pulang ke rumah sama anaknya biar dibantu bunda buat ngurus Reno,"
Abangnya si Yura emang udah nikah. Udah dari beberapa tahun yang lalu, bahkan saat dia main ke rumah gue sama kak Jaehyun dulu sebenernya dia juga udah berstatus sebagai suami. Dia ke rumah gue karena disuruh jemput si Yura karena Mark nggak bisa nganter pulang. Hanya saja, dia belum punya anak saat itu. Dan belum pindah ke rumah barunya bersama sang istri.
"Gini aja deh, Mark nanti kamu nggak usah nganter aku. Biar aku suruh bang Yuta jemput aja pake mobil. Biar sekali jalan,"
"It's okay. Have fun,"
"Lo udah izin suami belum? Gue nggak mau ya dikatain nyulik istri orang!"
"Gampang nanti," jawab gue santai.
.
.Akhirnya, setelah menyelesaikan dua mata kuliah tadi kini gue dan Yura sedang duduk di gazebo dekat fakultas menunggu jemputan, alias bang Yuta abangnya Yuratuy. Mark dan Lucas sudah pamit lebih dulu sejak beberapa menit yang lalu. Dan kita sudah menunggu selama tiga puluh menit dan bang Yuta belum juga sampai. Gue tahu, rumah Yura ini emang lumayan lah jaraknya kalau dari kampus. Gue sama Lucas aja heran kenapa Mark bisa mau antar jemput pacarnya setiap hari kalau dia tidak ada halangan. Begitulah kalau jiwa bucin sudah mendominasi.
"Kak Jaehyun gimana?" Kata Yura.
"Gimana apanya?"
"Ya setelah ditinggal papanya,"
"Oh. Beberapa hari setelah papa Jiho meninggal memang dia jadi lebih banyak diem. Tapi sekarang udah biasa lagi. Lega banget liatnya,"
"Kasihan tau gue sama kak Jaehyun. Pas gue melayat waktu itu gue sempet liat wajahnya, kacau banget,"
"Itu dia belum nangis sama sekali. Setelah lo pulang dan acara selesai, baru gue suruh dia nangis. Karena ya gue khawatir aja liat kak Jaehyun yang berusaha kuat dan teguh banget buat nggak nangis,"
"Terus dia nangis?"
"Kejer banget. Kalau bayangin itu gue jadi sedih. Kak Jaehyun itu gimana ya, orangnya kalau diluar keliatan tenang, berwibawa, tegas, dan selalu sebisa mungkin terlihat baik-baik saja, tapi di dalamnya itu lembut banget,"
"Seberapa besar seseorang mencoba untuk kuat, tapi yang namanya ditinggal pergi selamanya sama orang tua ya pasti sedih, Ra. Beruntung ayah bunda gue sehat,"
"Iya,"
Tak lama setelah percakapan gue sama Yura, ada mobil berhenti tepat di depan kami. Mobil warna hitam milik bang Yuta. Yura bantuin bawa laptop gue, dan langsung duduk di bangku samping kemudi. Sedangkan gue juga masuk ke bangku belakang. Setelahnya bang Yuta melajukan mobilnya kembali meninggalkan kampus dan berlalu ke rumah Yura. Rumahnya bang Yuta juga sih.
Selama perjalanan bang Yuta selalu berisik. Yang ngomongin tadi kena macet lah, terus tadi dia liat ada pengemudi ojek online yang boncengin wanita tapi wanitanya gemuk banget, terus nanyain gimana perkembangan skripsi kami, dan masih ada lagi hal-hal random lainnya yang jadi pembahasan kita selama perjalanan ini.
Bang Yuta ini memang jago mencairkan suasana. Beda sama kakak gue Mas Doyoung. Dia mah kalau sama gue jadi patung, berubah diam seribu bahasa.
Hingga akhirnya gue sampai di rumah Yura. Rumah dengan dominan warna putih ini terlihat sedikit ramai. Lebih tepatnya ramai suaranya anak kecil yang gue pastikan itu si Reno, anaknya bang Yuta.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATUM • [Jaehyun] ✓
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [SELESAI] ✓ [FATUM] • Bahasa Latin yang mempunyai arti "takdir". Dalam bahasa Inggris sering disebut dengan kata "fate". ~ "Layaknya FATUM, sedari kecil memang kita sudah ditakdirkan untuk bersama. Meskipun awal pertemuan k...