68. Bahagia Itu Sederhana

343 30 3
                                    

Jaehyun point of view

Kami berdua, maksudnya gue sama Feira, tidak pernah menyangka kalau kami telah sampai pada tahap ini. Tahap dimana bertambahnya keluarga baru dengan lahirnya anak kami. Menikahi gadis berusia 21 tahun, dimana posisi gue yang sudah menginjak 28 tahun, tidak pernah terpikirkan sama sekali. Umur kita terpaut 7 tahun, tapi Papa dengan yakin menjodohkan kami berdua dengan alasan utama yaitu karena penyakit yang di derita Papa. Lulus kuliah S1 setelah empat tahun, lanjut mengambil gelar master selama dua tahun. Lulus S1 gue langsung ditawari bekerja sebagai asisten dosen di universitas tempat gue bekerja sekarang, tapi karena gue juga pengen lanjut S2 makanya gue kerja sambil lanjut kuliah. Kuliah sembari menjadi asisten dosen, dan setelah dua tahun gue lulus S2 gue langsung diangkat jadi dosen tetap di universitas yang sama.

Disaat umur gue yang ke-28 tahun itulah, gue dan Feira menikah. Bukan berlandaskan cinta, melainkan perjodohan. Tapi siapa sangka, kalau Tuhan telah menetapkan skenario seperti ini untuk hidup kami berdua. Dengan segala drama dari masing-masing keluarga, sampai menimbulkan masalah yang sampai sekarang masih belum usai.

Hingga di titik ini, titik dimana gue sudah sangat mencintai Feira, hadirnya malaikat kecil kami yang menjadi penyempurna hidup gue, hampir saja gue putus asa dan menyalahkan keadaan karena orang yang gue cintai tiba-tiba pergi. Sebut saja gue egois, tapi memang setakut itu gue saat mendapati Feira tiba-tiba tak sadarkan diri setelah proses persalinan panjang yang ia alami.

Setelah omongan ngelantur yang ia ucapkan dua hari yang lalu, dia dinyatakan koma—tidak, gue nggak menganggap itu sebagai koma karena gue nggak mau—lagian hal itu terjadi hanya selama satu hari saja lalu wanita itu membuka matanya tepat di hari kemarin.

Gue hampir gila saat dokter menyatakan hal itu, padahal dokter mengatakan kalau tidak ada yang salah pada diri istri gue hingga membuatnya pingsan selama satu hari penuh, terkecuali kondisi fisiknya yang sangat lemah.

Terlepas dari itu semua, gue sangat bersyukur karena Feira lagi-lagi berjuang untuk bertahan dan memberi kami—gue dan anak kami—untuk tetap bersama dirinya. Meskipun hal itu membuat gue histeris menangis seraya mengguncang hebat tubuh Feira yang lemah tak berdaya malam itu. Terlalu hiperbola memang, tapi itulah kenyataannya. Sebesar itu cinta gue untuk Feira, dan setakut itu gue ditinggal olehnya.

Tentu saja, semua keluarga juga kaget bukan main saat gue mengabari mereka, bahkan Papa Dinan dan Mama Kinan rela balik lagi ke rumah sakit padahal mereka baru saja sampai rumah malam itu bersama Jeno dan Doyoung. Mama gue, kak Shinta serta suaminya pun langsung datang. Berdoa dan memohon kepada dokter serta Yang Maha Kuasa untuk mengangkat penyakit dalam diri Feira. Syukur alhamdulilah, Tuhan masih berkehendak mengembalikan kesadaran Feira setelah satu hari dinyatakan koma oleh dokter.

Sekarang ini, di ruang rawat Feira lagi ada banyak orang yang berkunjung. Mereka semua tahu keadaan Feira kemarin, jadi mereka berbondong-bondong datang dan entah kenapa waktunya bisa bersamaan. Selang beberapa menit pasti ada yang datang, meskipun mereka tidak janjian.

Mayoritas anak-anak muda sih. Soalnya kedua orang tua gue sama orang tua Feira baru aja pulang ke rumah masing-masing. Soalnya udah dari tadi pagi para orang tua ada di sini. Bermain-main dengan malaikat kecil gue.

Di sini ada Doyoung, Jeno, bang Taeyong bersama anak dan istrinya, Om Joni yang dulu bantu prewedding kami, dan tiga temen istri gue alias Yura, Lucas, dan Mark, yang ternyata bang Yuta juga ikut ngajak istri dan juga anaknya. Tak lupa dengan istri gue yang tiduran di atas ranjang, dengan senyum tipis yang membuat gue merasa tenang. Dari tadi, anak gue dioper terus menerus, sampe gue takut anak gue bingung atau pusing gara-gara di oper-oper terus.

FATUM • [Jaehyun] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang