.
."Iya ini lagi nunggu taksi online,"
"Aku jemput aja ini udah mau balik. Aku kerjain di rumah aja nggak jadi di kampus,"
"Gimana sih? Udah keburu di pick up sama driver nya,"
"Batalin aja. Aku otw ke rumah mama,"
"Yaudah,"
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam,"
Gue kembali masuk ke rumah setelah membatalkan pesanan taksi online yang sudah gue pesan. Mas Jaehyun tadi katanya nggak bisa jemput dan kalaupun bisa pasti malem karena ada beberapa hal yang harus di selesaikan terkait dengan borang entah borang buat apa gue nggak paham, tapi tiba-tiba telpon katanya mau jemput, sekarang. Karena kebetulan gue sama Areta lagi di rumah mama.
Mbak Sherrin yang masih duduk santai di ruang tengah bersama anaknya pun bingung melihat gue kembali masuk dan duduk di sampingnya.
"Kok masuk lagi, Ra?" Tanyanya yang sibuk mendulang anak cowoknya.
"Suami aku tuh plin-plan banget, mbak. Tadi katanya nggak bisa jemput eh giliran udah pesen taksi online dia telpon mau jemput dan lagi otw kesini,"
"Kak Jaehyun kesini mbul?" Jeno datang dari lantai dua.
"Iya,"
"Alhamdulillah dong nggak keluar duit. Gitu aja malah misuh!" Responnya.
"Om Jeno mau kemana?"
Areta turun dari gendongan gue dan berlari menuju om nya, membuat Jeno lantas jongkok mensejajarkan tubuhnya dengan ponakan nya. Sekarang Areta sudah besar, usianya hampir menginjak tiga tahun.
"Mau beli es krim, Reta mau?"
"Mau! Pengen es krim coklat,"
"Tanya bunda boleh nggak?"
Areta berbalik dan menatap gue. Gue mengangguk dan dia langsung jingkrak-jingkrak dan minta gendong sama Jeno.
"Yuk~beli es krim coklat. Mau berapa?" Kata Jeno seraya berjalan keluar rumah untuk beli es krim.
"Tiga!"
"Banyak banget,"
Mbak Sherrin terkekeh melihat interaksi antara adek iparnya dengan anak gue. Mas Doyoung sama Mbak Sherrin emang belum pindah dari rumah mama. Nggak tau kapan mau pindah ke rumah sendiri atau malah rencana mereka buat tinggal bareng orang tua gue juga nggak tau, itu pilihan mereka. Kayaknya mama juga nggak keberatan sama sekali. Apalagi ada cucu.
Ini udah sore, makanya gue pamit pulang dulu karena tadi bilang Mas Jaehyun nggak bisa jemput, tapi nggak jadi.
"Dah," kata Devan, anaknya mbak Sherrin sama Mas Doyoung.
"Tinggal satu suap lagi. Habisin entar Ayah marah," Mbak Sherrin menakut-nakuti anaknya dan Devan langsung makan suap terakhir makanannya. Gue elus kepalanya membuat dia menepis tangan gue. Dasar.
"Mas Doyoung galak emang mbak kalo sama anak?" Tanya gue.
"Enggak, cuma agak tegas aja jadi kalo lagi nasehatin dia kira lagi marah," jelas Mbak Sherrin.
Terdengar suara mobil memasuki gerbang. Kayaknya sih kalo nggak papa ya Mas Doyoung. Nggak mungkin Mas Jaehyun udah sampe. Dan bener, yang dateng Mas Doyoung.
"Assalamualaikum, loh adek kok disini?" Tanyanya begitu liat ada gue.
"Waalaikumsalam," jawab gue barengan sama mbak Sherrin, dan mbak Sherrin langsung salim ke suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATUM • [Jaehyun] ✓
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [SELESAI] ✓ [FATUM] • Bahasa Latin yang mempunyai arti "takdir". Dalam bahasa Inggris sering disebut dengan kata "fate". ~ "Layaknya FATUM, sedari kecil memang kita sudah ditakdirkan untuk bersama. Meskipun awal pertemuan k...