21. Tattoo

331 40 2
                                    

Semua rombongan sudah check out sejak tadi pagi sekitar pukul 8 pagi. Dan sekarang ini sebagai destinasi terakhir yang dipilih oleh bapak kaprodi kak Jaehyun adalah pasar lokal. Katanya biar pulang ke rumah bawa oleh-oleh keluarga. Hal itupun gue manfaatkan untuk membeli beberapa bahan makanan.

Oh iya, satu hari setelah kepulangan gue sama kak Jaehyun dari Bandung ini, kita akan pindah ke rumah yang sudah dibelikan oleh papa Jiho. Subuh tadi papa Jiho telpon kak Jaehyun kalau rumahnya sudah selesai diurus dan siap untuk dihuni. Rumahnya nggak jauh kok dari rumah kak Jaehyun, paling lima belas menit aja pake mobil.

Jadi gue beli bahan makanan buat cadangan makanan aja di rumah baru. Meskipun gue belum mahir masak sekalipun, nggak mungkin kalau gue nggak akan masak buat makan kak Jaehyun. Nggak tau rasanya akan kayak gimana, yang penting mencoba dan usaha itu perlu.

"Eh, ketemu Pak Jaehyun lagi. Pasangan serasi memang," ucap bapak kaprodi yang tiba-tiba melewati tempat berdiri kami di dekat yang jual sayuran. Bersama cucu dan keluarganya.

"Berhenti menggoda saya, Pak," balas kak Jaehyun malu.

"Iya, iya. Yuk Bu," ucap bapak kaprodi tersebut lalu kembali berjalan bersama istri dan cucunya.

"Oh iya, Caca emang dulu selalu nempel sama kak Jaehyun ya? Kalau acara kayak gini?" Tanya gue.

"Enggak juga. Baru kemarin aja,"

Gue manggut-manggut paham. Lalu kembali memilih sayuran, buah-buahan, dan sejenisnya.

"Ini aja, Bu. Berapa?"

Ibu-ibu penjualnya menghitung hasil belanjaan gue.

"Enam puluh lima ribu, mbak,"

Gue langsung memberikan selembar uang seratus ribuan kepada ibu-ibunya. Tak lama, gue mendapatkan uang kembalian. Gue hitung dulu, bukannya apa-apa takut aja kalau ibunya salah kasih uang kembalian. Melihat ibu penjualnya sudah terlihat sangat tua, jadi gue keinget nenek gue yang udah meninggal. Dan saat gue menghitungnya, ternyata benar kan, uang kembaliannya kelebihan. Ibu itu memberikan gue satu lembar dua puluh ribuan, satu sepuluh ribuan, dan kayaknya ibu itu nggak sadar kalau uang lima ribuannya dobel. Jadi yang seharusnya gue dapat tiga lima, malah dapat empat puluh ribu.

"Ibu ini kembaliannya kelebihan lima ribu," gue mengembalikan uang lima ribu itu ke ibunya.

"Owalah, makasih ya mbak. Saya udah agak rabun soalnya. Baik banget mbak nya," ucap ibu tersebut sambil tersenyum ramah.

"Iya Bu, sama-sama,"

"Pacarnya ya?"

Gue melirik kak Jaehyun yang sedari tadi menonton aja. Gue kembali menatap ibu penjualnya dan langsung menggeleng.

"Bukan, Bu. Dia suami saya,"

"Oh, udah jadi suami ya? Aduh maaf, mbak nya keliatan muda soalnya. Seumuran anak saya yang terakhir yang masih kuliah,"

"Oh, hehe. Iya Bu. Kalau gitu saya permisi Bu, mau lanjut jalan lagi,"

"Terimakasih, Bu," ucap kak Jaehyun sambil senyum.

Gue dan kak Jaehyun melanjutkan perjalanan ke sisi yang berbeda. Gue melihat barang belanjaan gue, kayaknya udah cukup.

"Mau beli apa lagi, kak? Kak Jaehyun nggak mau beli apa gitu? Sandal? Baju? Tas kerja baru? Atau apa?"

"Enggak. Udah belum itu belinya? Kalau udah mending balik aja ke bus,"

"Udah sih. Yaudah ayo,"

Kita pun memutuskan untuk kembali ke parkiran dimana bus kampus terparkir. Karena suasana pasar cukup ramai, jadi gue yang bawa barang belanjaan di tangan gue harus ekstra hati-hati agar tidak jatuh nantinya. Bahkan orang sedikit berjalan berdesakan karena ini masih terlalu pagi.

FATUM • [Jaehyun] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang