73. Menyesal

211 27 0
                                    

Doyoung point of view

Kenyataanya, berbaikan dengan orang yang sangat gue sayang adalah suatu kebahagiaan tersendiri bagi gue. Hal yang sangat ingin gue lakukan sebagai kakak dari Feira Arsyita Putri. Akhirnya gue melakukannya, dengan berbekal keberanian yang gue kumpulkan selama berbulan-bulan sebelum akhirnya kata 'maaf' keluar dari mulut gue. Meruntuhkan ego yang sangat besar dalam diri gue, dan memilih untuk mengakhiri drama paling menyakitkan yang gue alami selam bertahun-tahun.

Kenapa gue tiba-tiba pengen minta maaf?

Kalian harus tau, sebenernya juga sudah dari lama gue pengen minta maaf ke Ira. Cuma dinding ego gue ini besar sekali. Melihat keseriusan dan kenekatan Hyebin dalam mencelakai adek gue, jujur membuat gue nggak bisa bernafas dengan tenang. Gue takut nggak bisa dengan maksimal menjaga Ira kalau gue cuma bersembunyi di balik layar yang membuat jarak dan sekat diantara gue sama Ira. Hampir setiap malam gue melamun memikirkan bagaimana cara Hyebin mau berhenti mengusik baik keluarga Jaehyun maupun keluarga gue.

Selain itu gue juga kangen banget sama Ira, gue akui itu. Gue ingin menebus kesalahan-kesalahan yang pernah gue lakukan dulu. Yang memaksa dia menikah di usia muda. Yang memaki dan melontarkan kata-kata sarkastik yang menyakiti hatinya. Yang selalu membuat wanita itu menangis entah itu secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi.

Gue ingat saat dimana Ira berkunjung ke rumah, beberapa hari setelah dia menikah dengan Jaehyun. Ira curhat ke mama dengan mata berkaca-kaca dengan nada sarat akan kesedihan. Dia bilang, kayaknya dia dan Jaehyun nggak akan pernah bisa saling mencintai. Ira bilang Jaehyun dingin. Ira bilang Jaehyun irit ngomong. Ira bilang dia takut sama Jaehyun yang membuatnya selalu menghindar darinya. Ira merasa dirinya akan selalu menjadi orang asing bagi orang yang sudah berstatus sebagai suaminya itu. Ira takut gagal menjadi istri yang baik bagi Jaehyun, dan gagal menjadi menantu yang baik bagi orang tua Jaehyun. Tentu, mama selalu memberikan wejangan serta nasehat bijak pada putri semata wayangnya. Menyuruhnya untuk lebih sabar karena semuanya memang terlalu tiba-tiba dan membutuhkan proses. Gue yang saat itu tak sengaja mendengar karena kebetulan gue lagi ada di dapur, dan Mama serta Ira di ruang keluarga, dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan tanpa tertinggal informasi sedikitpun.

Bagaimana perasaan gue?

Jawabannya adalah, gue merasa benar-benar menyesal. Gue menghancurkan masa depan adek gue. Membuat dia menanggung beban berat sebagai istri serta menantu di usia muda. Menyuruhnya menikah bahkan saat dia masih kuliah semester tiga, umur 21 tahun, dimana gue juga pernah denger kalau dia pengen jadi jurnalis begitu lulus dari universitas.

"Ra, kamu itu kuliah Sastra Inggris udah tau besok kalo lulus mau jadi apa? Mau kerja apa?"

Mama saat itu bertanya pada anaknya saat mereka sedang membuat kue bersama karena si Jeno ulang tahun.

Dengan cepat Ira menjawab sambil mengunyah sedikit adonan tepung yang akan dijadikan kue, "Jurnalis, Ma. Aku pengen jadi jurnalis."

Tapi gue merusak impiannya tersebut. Dengan memaksa dia untuk menjadi seorang istri di usia muda. Istri dari seorang dosen bernama Jaehyun yang sangat gue benci—bahkan sampai detik ini. Dan parahnya lagi, mereka dengan cepat bisa saling membuka hati, saling mencintai dalam kurun waktu dua tahun. Kecemasan Ira yang berpikir kalau mereka tidak akan pernah bisa akur, lenyap begitu saja. Dan yang bikin gue kaget setengah mati adalah, saat gue bangun dari koma, dan Ira berkata kalau dirinya tengah hamil anaknya Jaehyun. Saat itu dia masih KKN, dan hamil? Sungguh, gue sempat berpikir ingin memaki-maki Jaehyun karena telah berani menghamili adek gue saat dirinya masih kuliah. Tapi gue nggak mau menanggung malu karena melarang seorang suami menghamili istrinya sendiri.

FATUM • [Jaehyun] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang