"Any questions?" Tanya seorang dosen laki-laki dengan tangan yang sibuk membereskan buku-buku di atas meja. Tatapannya tidak terarah pada mahasiswa nya yang sudah entah sejak berapa lama ekspresinya suntuk seakan tak ada harapan hidup lagi.
"Sir, for the data analysis we should use quantitative or qualitative?"
"It's up to you, but if you analyze about the literature side it's easy for you to use descriptive qualitative. Different if the subjects that you discuss is about teaching methodology, there are some data that you must input in your paper,"
"Should we do paraphrasing in all the materials?"
"Yes of course. If you don't want to be called plagiarists. If you take some quotes from experts, and you just rewrite it in your paper make sure you use the citation and write the name and year,"
"Yes, sir," sebagai mahasiswa kami hanya bisa patuh dengan jawaban yang rata-rata seperti itu, yes sir.
"Anything else?"
"Not yet, sir,"
"If there is no any questions I'll finish this meeting and see you next week,"
"See you, thanks sir,"
Setelah Pak Dio keluar dari ruang kelas, seluruh mahasiswa menghembuskan napas berat dan merasa frustasi. Beban semakin hari semakin berat. Bahkan untuk bernafas lega saja keliatannya susah. Kepala rasanya mau pecah. Seperti Mark dan Yura, yang begitu Pak Dio keluar kelas mereka langsung meletakkan kepala mereka di atas meja dengan wajah lesu. Lucas juga sama, tapi hanya menopang dagunya menggunakan tangan. Kalau gue, jangan ditanya. Gue senderkan kepala gue lemas ke dinding. Tatapan kosong ke depan. Semester enam sungguh berat ternyata. Belum dua bulan lagi gue harus KKN dan kelompok nya belum tentu se-menyenangkan tiga sahabat gue disini. Karena bisa saja gue nggak satu kelompok sama Yura, Mark, ataupun Lucas. Semoga saja orangnya asik semua kayak mereka.
"Main yuk! Stress gue lama-lama," celetuk Yura.
"Tugas menggunung lo ngajak main, gila lo?!" Lucas menimpali.
"Sekali aja elah. Lo nggak suntuk apa, gue udah mau muntah tau nggak sama tugas-tugas ini,"
"Yuk lah main. Mall boleh tuh. Main Timezone atau nonton kek gitu,"
Bener sih kata Mark sama Yura. Hiburan sedikit boleh lah. Daripada beneran stress nanti kayak kata Yura.
"Kamu gimana?" Tanya Lucas ke gue.
"Yuk lah main. Bosen juga proposal mulu yang diapeli. Nonton yuk," ajak gue.
Yura langsung berubah semangat empat lima. Badannya tegak. Mark juga sama persis kayak pacarnya. Gue sama Lucas cuma geleng-geleng kepala aja.
"Cus sekarang. Mumpung masih siang," ajak Mark.
"Bentar, gue ijin sama kak Jaehyun dulu,"
"Cielah istri berbakti banget sih," goda Mark.
"Bodo amat Mark! Dia kalo udah marah seremnya melebihi ibunya Giant saat memarahi anaknya!" Cerca gue.
Gue langsung menelpon kak Jaehyun. Baru dering ke empat dia udah ngangkat. Kayaknya dia lagi istirahat sehabis ngajar.
"Assalamualaikum, kak,"
"Waalaikumsalam. Kenapa?"
"Aku mau main sama Yuratuy, Mark, sama Lucas ya? Nonton di mall. Setelah itu langsung pulang,"
"Sampe jam berapa?"
"Belum tau, kak. Suntuk banget rasanya butuh hiburan. Mumpung masih bisa,"
KAMU SEDANG MEMBACA
FATUM • [Jaehyun] ✓
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [SELESAI] ✓ [FATUM] • Bahasa Latin yang mempunyai arti "takdir". Dalam bahasa Inggris sering disebut dengan kata "fate". ~ "Layaknya FATUM, sedari kecil memang kita sudah ditakdirkan untuk bersama. Meskipun awal pertemuan k...