52. Malam Bersejarah

283 31 0
                                    

Hari kedua tanpa kak Jaehyun, ternyata tidak seburuk ini ditinggal sama dia. Mungkin karena gue tinggal di rumah mama jadi ada temennya, dan itu bisa membuat gue merasa nggak kesepian dan ada temennya.

Sekarang ini gue sedang di ruang tengah bareng keluarga gue, minus Mas Doyoung. Dia lagi keluar entah kemana. Udah lama sih, dan mungkin sebentar lagi bakalan pulang soalnya mau masuk waktu maghrib. Gue bersama kedua orang tua dan Jeno, lagi nonton tv bersama, lebih tepatnya nonton berita. Jeno lesehan di bawah, sedangkan gue ada ditengah-tengah antara mama sama papa. Rasanya balik ke masa lalu, masa dimana gue masih sangat bergantung pada mereka. Apa-apa pasti mereka yang gue panggil.

Kami sesekali ngobrol atau menanggapi berita yang disiarkan di televisi itu. Jeno yang sebenarnya nggak begitu suka berita hanya memfokuskan perhatian pada layar hp nya. Dan memilih duduk bersama kami karena ini momen yang sudah jarang bisa terjadi. Kumpul bersama keluarga meskipun nggak ada Mas Doyoung.

"Kok ada ibu yang tega buang anaknya sendiri," mama menanggapi berita yang ia lihat.

"Masih anak kecil, ma. Belum siap dan nggak mau tanggung jawab sama perbuatannya," sahut papa.

Saat ini siaran televisi sedang menyiarkan sebuah berita dimana ditemukannya seorang bayi tak dikenal di selokan kampung warga. Kasihan banget lihatnya, bayi yang tak berdosa itu malah menjadi korban dari perilaku kedua orang tuanya yang tidak bertanggung jawab. Terlihat jelas bahwa bayi itu mendapatkan luka lecet di pipinya yang tengah dirawat di salah satu puskesmas. Kadang gue bingung dan nggak habis pikir. Banyak banget orang pacaran yang kelewat batas. Melakukan hal tak senonoh yang jelas-jelas dilarang oleh negara maupun agama. Kalau tidak bisa mempertanggung jawabkan perbuatannya ya sebaiknya hindari untuk berbuat zina. Apalagi sampai melakukan hubungan seks diluar nikah. Giliran hamil si wanita maupun pria itu tidak mau bertanggung jawab dan memilih untuk menggugurkan atau bahkan membuang bayinya setelah dilahirkan.

Miris untuk dilihat, karena di Indonesia juga sangat banyak kasus seperti itu. Disini gue beruntung, meskipun gue nikah muda tapi banyak orang yang sayang sama gue. Dan gue sangat bersyukur karena gue bukan salah satu dari mereka yang tega melakukan hal keji seperti itu, membuang bayi yang sudah susah payah di kandung selama sembilan bulan. Bahkan perjuangan saat melahirkan saja juga mempertaruhkan nyawa. Gue belum pernah dan baru akan mengalaminya, tapi gue yakin melahirkan seorang bayi itu sungguh menyakitkan.

Tiba-tiba gue jadi sedih. Tidak sadar kalau ternyata gue udah menitikkan air mata dalam diam. Melihat anaknya mengusap ujung mata membuat papa membuka suaranya.

"Anak papa kenapa ini?"

"Aku nggak kenapa-napa, pa," bukan gue, Jeno yang main nyaut aja padahal juga dia lagi sibuk main game.

"Anak papa yang kedua bukan kamu, Jen,"

Gue terkekeh dan Jeno langsung berbalik natap gue.

"Mbul kamu kenapa nangis? Udah gedhe juga masih cengeng mulu,"

"Kasihan itu bayinya nggak berdosa dan nggak tau apa-apa malah jadi korban keegoisan orang tuanya," balas gue.

"Masih sama ternyata anak mama. Hatinya masih gampang tersentuh,"

Mama mengusap kepala gue.

"Besok cucu papa dijaga yang bener, di rawat yang bener. Jangan sampai dia kayak bayi di tv itu. Meskipun kalian udah nikah pun tak menjauhkan kalian dari berbagai masalah yang mungkin sedang menunggu waktu untuk datang. Jangan sampai keegoisan kalian juga anak kamu jadi korban. Dalam rumah tangga timbulnya masalah itu hal yang wajar, tapi justru masalah itu yang bikin kalian belajar. Belajar menghargai satu sama lain, belajar sabar, belajar menahan ego masing-masing, belajar untuk lebih dewasa dengan cara berpikir gimana kalian bisa mempertahankan hubungan kalian. Kamu udah masuk zona dimana apa itu kehidupan yang sebenarnya. Kuncinya, saling percaya perbanyak komunikasi. Kepercayaan itu mengalahkan segalanya. Percayalah,"

FATUM • [Jaehyun] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang