74. Teka Teki

193 27 1
                                    

Minggu depan adalah hari dimana gue dan teman seangkatan gue bakal wisuda. Akhirnya, setelah mengabdikan diri di kampus ini selama empat tahun gue bisa lulus juga. Kampus yang menjadi saksi bisu bagaimana kerasnya dan tidak adilnya kehidupan bagi seorang Feira Arsyita Putri. Dicemooh, difitnah, dibully, dicelakai, bahkan gara-gara ulah mahasiswa dari kampus ini juga gue pernah hampir mati beberapa minggu yang lalu. Selain itu, kampus ini juga menjadi tempat dimana gue menemukan dan memahami apa itu cinta yang sebenarnya. Bukan perihal Mas Jaehyun, tapi Lucas. Jujur, gue pacaran yang bener-bener pacaran untuk pertama kalinya ya sama Lucas, dan gue ketemu dia di kampus ini juga. Karena sebelumnya gue cuma sekadar merasakan cinta monyet pas jaman SMP.

Hah, rasanya waktu cepet banget berlalu. Rasanya baru kemarin gue merasakan menjadi seorang maba, tapi udah lulus aja minggu depan. Dan malahan udah punya suami dan juga anak yang berusia empat bulan. Iya, Areta udah menginjak usia empat bulan.

Oh iya, gue alhamdulilah udah keluar dari rumah sakit sejak beberapa minggu yang lalu juga. Sekitar dua minggu yang lalu lah. Dan keadaan gue juga udah lebih baik. Goresan di wajah gue juga sedikit memudar meskipun masih ada bekasnya dikit. Dipoles pake make up besok juga ketutup.

Yura pun sama, karena memang kondisinya jauh lebih baik dari gue, dia juga udah sembuh. Beruntung, kita masih bisa diselamatkan oleh sang maha kuasa.

"Hoit..hoit..hoit..."

Malam ini kita tengah bersantai di kamar dan bermain dengan Areta. Mas Jaehyun berkali-kali menggelitiki perut anaknya sambil membuat suara-suara unik demi membuat anaknya terkekeh. Areta masih belum bisa ngekek dengan volume keras, tapi sudah ada ringikan kecil yang ia buat. Bikin gue gemes dan mau tak mau ikut mencubit pelan pipi Areta dan membuatnya menyipitkan matanya lucu. Posisi Areta ini gue biarkan dia tidur terlentang di atas kasur tempat tidur kami.

"Ay... hoit! Ih gemes banget ayah, uchuzuzuzu,"

"Bunda juga gemes uchuzuzuzu," gue mengikuti cara ngomongnya Mas Jaehyun.

"Ayo buruan ngomong... dedek ayo ngomong..."

"Beyum bisa ayah... nunggu dedek besal ya ayah..."

Areta terus terkekeh geli dengan tangannya yang bergerak-gerak membuat gue gemes. Mas Jaehyun tiba-tiba tidur meringkuk di samping anaknya dan menciuminya. Gue pun mengikutinya lagi membuat Mas Jaehyun mendelik ke arah gue.

"Kamu kok ngikutin aku terus, nda?"

"Siapa? Orang aku juga pengen tiduran," elak gue.

Mas Jaehyun mendecih lalu kembali bermain dengan Areta. Namun tangannya masih menyempatkan untuk mendarat di pipi gue buat ia cubit.

Suara nyaring yang terdengar dari nada dering hp gue tiba-tiba terdengar. Yang membuat gue mau tak mau harus bangun dan mengambil hp gue di atas meja rias.

'Nomor nggak dikenal,' — batin gue.

"Kok nggak diangkat? Siapa?" Tanya Mas Jaehyun tanpa menolehkan kepalanya. Dia masih sibuk dengan anak perempuanmu.

Belum menjawab telepon itu sudah mati. Namun tak lama nada dering itu kembali terdengar. Masih sama, dengan nomor tak dikenal. Gue takut, tapi gue penasaran.

"Bentar ya, mas,"

Gue meninggalkan Mas Jaehyun di kamar bersama Areta. Sedangkan gue keluar dan memilih untuk duduk di kursi yang ada di dapur. Namun lagi-lagi telepon itu dimatikan oleh sang penelepon sebelum gue mengangkatnya. Gue masih termenung di dapur, menunggu telepon itu lagi siapa tau kembali masuk. Kalau iya, berarti memang dia kenal gue. Dan ternyata benar, karena gue penasaran langsung gue angkat di dering pertama. Namun lagi-lagi dia langsung mematikan teleponnya itu. Ini siapa sih?

FATUM • [Jaehyun] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang