82. Dan Lagi

209 27 0
                                    

Kami masih dalam perjalanan pulang dari rumah mama. Gue, Mas Jaehyun, sama Areta. Perkataan Mas Jaehyun saat di rumah mama tadi, waktu dia ikut ke kamar pas gue mau bersihin Areta yang buang air masih terngiang di kepala.

'Maafin aku, nda. Kita berdua sama-sama salah. Ini masalah keluarga kita jangan di bawa ke orang tua kamu. Seakan aku nggak ada harga dirinya di depan mereka. Aku nggak enak lah, nda, sama mereka.'

Dari situ gue sadar, gue memang berstatus sebagai anak dari orang tua gue, tapi gue juga berstatus sebagai istri. Gue udah punya keluarga sendiri. Masalah keluarga gue ya seharusnya gue yang atasi. Kalau bisa jangan sampai orang tua tahu dan bikin mereka khawatir kayak tadi. Bahkan sampai menitipkan anak pada orang tua karena lagi ada salah paham sama suami. Hal bodoh yang pernah gue lakuin.

Mobil Mas Jaehyun berhenti di lampu merah. Ada anak kecil ngamen di luar kaca sebelah Mas Jaehyun. Dirinya memberikan anak kecil itu uang lima ribu, dan pengamen cilik tadi langsung pindah ke mobil lainnya.

"Ke supermarket dulu, mas. Sayur di rumah habis," kata gue.

Mas Jaehyun menoleh, "Ya,"

Seperti yang gue minta, Mas Jaehyun menghentikan mobilnya di depan supermarket yang kebetulan tadi ia lihat. Mesin sudah mati, dan baru Mas Jaehyun mau turun dari mobil tapi gue cegah.

"Mas disini aja, jagain Areta. Aku aja yang masuk, nggak bakal lama,"

"Oke. Uangnya?"

"Masih," kata gue lalu pergi begitu saja.

Hp gue tinggal di mobil. Keluar cuma bawa dompet aja. Lagian cuma beli sayur sama bahan makanan aja, nggak bakal lama. Gue memasukkan beberapa sayuran, telur, tempe, tahu, wortel, dan jajarannya ke dalam keranjang belanja. Sekiranya udah cukup, gue langsung mengantri di kasir.

Cukup ramai, tapi tidak ramai banget sampai berdesakan. Namun entah kenapa tiba-tiba orang di belakang gue kayak terus ngedesek gue dan terus mepet ke gue terus. Bikin nggak nyaman. Dan dengan pergerakan yang cepat, syal yang ia kenakan ia lepas dan langsung ia kalungkan di leher gue dan langsung menarik syal itu kuat-kuat.

Otomatis tubuh gue jadi terhuyung ke belakang, banyak orang yang kaget dan mencoba menghentikan penyerangan tiba-tiba ini. Banyak orang memanggil petugas keamanan. Gue mencoba lepas dan melirik ke wajah si pelaku, dia, Hyebin.

Bagaimana bisa? Dia sudah di penjara.

"Lo?" Kata gue ketakutan.

"Hai Feira. Ketemu lagi kita, kangen tau sama lo. Kok jahat sih lo sama gue, ngirim gue ke penjara. Lupa ya sama yang udah kita lalui?"

Dila gila. Hyebin udah nggak waras.

"Lepas! Sakit, Bin!" Berontak gue.

Berhasil, gue lepas syal di leher gue dan mendorong tubuh Hyebin kuat-kuat sampai badannya yang kurus itu menabrak etalase kaca. Kepalanya terbentur pinggiran besi dan membuat darah mengalir sedikit ke pelipisnya. Sedangkan gue berusaha pergi dengan meninggalkan barang belanjaan gue.

Namun ternyata langkah gue kurang cepat. Salah satu kaki gue berhasil ia raih, alhasil jidat gue menyentuh lantai karena terjatuh. Hyebin kembali menarik leher gue lagi, memaksa berdiri dan berteriak-teriak tidak karuan.

Para petugas supermarket datang, berniat untuk menghentikan aksi gila Hyebin. Tapi mereka tiba-tiba diam tak bisa berkutik saat Hyebin menunjukkan pisau dan ia arahkan tepat di garis leher gue.

"Sini maju aja, kenapa berhenti mas? Kalian mau nolong temen saya? Kok nggak jadi?"

"Bawa sini pisaunya, mbak. Jangan main sama barang seperti itu, bahaya," ucap salah satu orang.

FATUM • [Jaehyun] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang