"Mau beli sesuatu dulu nggak?"
"Nggak. Langsung aja,"
"Beli jajan buat anak-anak mungkin?"
"Emang anak kecil yang sukanya jajan?"
"Maksudnya buat cemilan, Ra,"
"Yaudah,"
"Yaudah apa?"
"Jajan, katanya mau jajan,"
"Sabar ya, dek,"
Gue terkekeh geli mendapati kak Jaehyun yang kayaknya udah gemes banget sama sikap gue sekarang. Terdengar jelas nadanya yang datar dan lesu saat mengatakan 'sabar ya, dek' barusan sambil mengelus perut gue menggunakan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk menyetir. Gue lirik sekilas wajahnya, tampak lesu.
Kebetulan ada minimarket di jarak sepuluh meter ke depan, dan kak Jaehyun langsung menepikan mobilnya tepat di depan minimarket itu. Gue dan kak Jaehyun turun bareng, lalu masuk ke dalam minimarket buat beli jajan. Nggak banyak, palingan cuma beli jajan kecil kayak ciki-cikian, roti, minum, obat-obatan kayak Paracetamol dan minyak kayu putih buat jaga-jaga aja kalau sewaktu-waktu ada yang sakit dan butuh.
Sekitar lima belas menit kemudian kami keluar dan melanjutkan perjalanan ke balai KKN gue. Sekarang jam setengah sembilan malam, dan kayaknya masih butuh sekitar tiga puluh menitan untuk sampai di tempat gue menginap. Sebenernya gue kasihan sih sama kak Jaehyun. Jarak Bandung Jakarta itu nggak deket, butuh sekitar dua jam an lah. Sebenernya mau bawa motor sendiri juga niatnya biar kak Jaehyun nggak bolak-balik nantinya. Bayangin aja pasti capek banget. Jakarta ke Bandung buat nganter gue, entar disana paling juga bentar doang, terus habis itu langsung balik lagi ke Jakarta karena besok paginya harus ngajar di kampus. Tapi susah, kak Jaehyun sendiri yang ngelarang dan malah marah-marah denger niatan gue buat bawa motor sendiri. Yaudah bisanya cuma nurut aja. Dikasih yang mudah yang simpel, malah milih yang ribet.
Mana tadi masih harus menjamu dosen DPL gue, alias Pak Bihun, yang tiba-tiba datang bertamu. Gue kira dosen gue itu hanya mau menjenguk karena salah satu anak asuhnya di kampus tengah sakit saat menjalani kegiatan KKN, dan karena dia bertugas sebagai dosen pembimbing lapangan makanya dia bertanggung jawab atas kesehatan anak-anaknya, namun salah. Ada maksud lain juga ternyata. Pak Sehun itu ternyata sudah tau gue hamil, yang katanya dikasih tau sama Ejuno saat bertukar pesan. Selain itu juga beliau tau dengan segala rumor yang datang menghujani gue. Jadinya beliau sekalian mengintrogasi gue tadi sore. Tapi gue meminta Pak Sehun kalau tidak ada yang bertanya tentang kehamilan gue atau info tentang gue dari rekan dosen lain, jangan sampai berita kehamilan gue ini tersebar. Meskipun pada akhirnya juga akan ketawan karena kelak gue akan ke kampus dengan perut yang semakin membuncit. Setidaknya, tidak sejak awal mereka akan mencaci gue. Gue hanya takut. Setelah selesai urusan dengan gue, malahan Pak Sehun sedikit ngobrol dengan suami gue. Mungkin karena profesi mereka yang sama-sama dosen, jadinya nyambung aja gitu. Gue cuma duduk diam sambil khidmat mendengarkan aja. Nggak tau mereka ngomongin apa, yang jelas ada kaitannya dengan pekerjaan mereka. Mana tadi sempat mereka ngomongin tentang politik juga, pusing gue. Mikir diri sendiri aja pusing, segala mau mikir politik.
Akhirnya sampai juga di balai. Belum keluar dari mobil gue udah bisa liat Mark berdiri di luar balai, kayaknya masih telponan. Mungkin juga sama mbak pacar, si Yuratuy. Tapi ekspresinya kayak jengkel dan frustasi gitu, masa telponan sama pacar malah bete?
Gue turun diikuti oleh kak Jaehyun. Berjalan mendekati Mark yang pasti udah tau gue sampe cuma dia kayak nggak mood buat nyapa gue. Kak Jaehyun menyenggol lengan gue, tanya kenapa Mark beda dari biasanya. Gue cuma menghedikkan bahu tak tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATUM • [Jaehyun] ✓
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [SELESAI] ✓ [FATUM] • Bahasa Latin yang mempunyai arti "takdir". Dalam bahasa Inggris sering disebut dengan kata "fate". ~ "Layaknya FATUM, sedari kecil memang kita sudah ditakdirkan untuk bersama. Meskipun awal pertemuan k...