16. Insting Seorang Jeno

320 39 1
                                    

"Loh mbul kamu beneran besok nggak mau ikut?"

Jeno sudah berkali-kali mengatakan hal yang sama, yaitu menanyakan apa gue nggak mau ikut pergi ke rumah tante gue yang ada di Surabaya. Rencananya, seluruh keluarga gue termasuk papa yang akhir-akhir ini sibuk di kantor pun mau meluangkan waktu buat pergi ke Surabaya ke rumah tante. Kakaknya mama gue, baru aja lahiran anak ke tiga dan keluarga gue pengen nemuin dedek bayi katanya.

Tapi gue nggak bisa ikut, karena udah janji sama kak Jaehyun beberapa hari yang lalu kalau gue bakal ikut dia untuk acara liburan di kampusnya. Kan nggak enak kalau tiba-tiba batalin gitu aja. Nggak enak sama kak Jaehyun, nggak enak juga sama rekan dosen kak Jaehyun.

"Enggak kunyuk. Aku udah ada janji lain nemenin kak Jaehyun acara kampus. Suruh siapa sukanya dadakan kalau ngomong!" Jawab gue.

"Ya kan mama bilangnya juga baru kemarin mbul!"

Saat ini, gue lagi ada di rumah mama lagi. Bantu-bantu mama nyiapin keperluan yang akan mereka bawa besok ke Surabaya. Mereka di Surabaya sekitar dua hari. Berangkat sabtu besok pulang minggu siang katanya. Mereka ke Surabaya naik pesawat, jadi waktu mereka nggak habis di jalanan aja. Jeno yang masih sekolah pun menjadi alasan kenapa mereka hanya dua hari disana.

"Acara apa sih, Ra?" Tanya mama yang datang dari arah kamar mandi.

"Acara seneng-seneng nya para dosen. Aku disuruh ikut,"

Mama manggut-manggut dan memberikan amplop ke gue.

"Apa ma?"

"Buat simpenan kamu kalau kepepet. Nggak usah kasih tau Jaehyun,"

"Nggak mau! Aku bukan anak kecil!" Tolak gue.

Yakin banget gue kalau isinya uang. Ya gue tolak lah, sekarang gue bukan tanggung jawabnya mama papa lagi, tapi kak Jaehyun. Dan uang simpenan gue juga masih lumayan banyak kok.

"Terima aja. Digunain kalau kepepet aja,"

"Enggak! Lagian kenapa sih ngasih aku uang segala? Mending buat uang saku si kunyuk aja,"

"Iya ma! Bener!" Sahut Jeno seneng.

"Punya Jeno udah ada. Dibilangin buat simpenan kok. Mama nggak nerima penolakan. Orang mama cuma pengen ngasih uang ke anak kok nggak boleh,"

Katanya seraya memasukkan amplop itu ke tas gue. Akhirnya pun gue mengalah, ngelawan mama nggak mungkin bisa menang. Setelah memasukkan uang itu ke tas, mama bantu gue yang sedang menata barang-barang mereka ke dalam koper.

"Makasih, ma,"

"Iya. Besok kamu berangkat jam berapa sama Jaehyun?"

"Jam 8 sampe kampus tempat kak Jaehyun kerja. Liburan kali ini kita nggak bareng, aku ke Bandung kalian ke Surabaya. Pengen banget ketemu adek bayi sebenernya, tapi nggak bisa,"

"Bikin sendiri, mbul," celetuk Jeno yang langsung gue pukul pahanya.

"Ma aku salah apa?" Adu Jeno ke mama, dasar emang.

"Mas Doyoung ikut kan ma?" Tanya gue pelan.

"Ikut, kenapa?"

"Nggak papa," jawab gue agak lega.

Takut aja gue, kalau dia nggak ikut mungkin dia akan setiap hari ketemu sama wanita itu. Jujur aja, gue nggak suka sama dia. Baik sih keliatannya, tapi kan sekarang banyak orang bermuka dua. Alias pake topeng untuk menutupi sifat aslinya.

"Ke Bandung nya pake bis kampus apa gimana?" Tanya papa.

"Iya pake bis. Nggak mungkin kan Jakarta Bandung pake pesawat kayak kalian yang dari Jakarta ke Surabaya," jawab gue sambil terkekeh.

FATUM • [Jaehyun] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang