12. Treacherously

275 41 1
                                    

⚠️
Hai...ada alasan khusus kenapa aku publish ini malem", part ini mungkin ada beberapa kalimat yang agak mature or ambigu ya. Aku nulis gini karena ini masuk ke salah satu awal timbulnya konflik, bukan karena tanpa alasan. Jadi kalau bisa bacanya malem hari ya, biar yang puasa nggak kurang pahalanya wkwkw.

Tolong support dan vote ya, 🤗
Beri kritik dan saran juga boleh banget...
Selamat membaca 😉🙏

———


"Yura!"

"What! Lo kenapa pake motor sendiri coba? Mana suami lo?"

Setelah memarkirkan motor gue di parkiran FHH, gue berjalan menghampiri Yura yang baru aja turun dari motornya Mark. Enak banget ya, setiap hari di antar jemput. Dulu aja waktu masih pacaran sama Lucas gue juga bawa motor sendiri. Nggak pernah dijemput sama Lucas. Bukan karena Luasnya nggak mau, emang gue larang karena rumah dia sama rumah gue itu berlawanan. Dari pada bolak-balik mending berangkat sendiri-sendiri aja.

"Lo kalo ngomong jangan kenceng-kenceng. Entar ada orang yang denger gimana?" Balas gue saat udah berdiri di samping mereka berdua.

"Oke oke maaf. Yuk, kita labrak si Hyebin! Gatel tangan gue buru pengen nonjok tuh nenek lampir!" Kata Yura dengan nada emosi.

"Udah nggak usah. Anak kayak gitu nggak usah diladeni! Yang ada bikin darah tinggi." Balas gue.

Kita bertiga berjalan menuju kelas. Dan sepanjang jalan koridor, banyak pasang mata yang natap gue dingin sambil ngomongin gue. Gue tau, hal kayak gini pasti akan gue alamin. Yang gue denger, mereka ada yang ngomongin gue pelacur lah, murahan lah, pake pelet lah, nggak tau diri lah, nggak tau malu lah, dan masih banyak lagi umpatan. Gue berusaha nahan Yura yang keliatannya udah gedek banget sama anak-anak, tapi gue larang dia buat bikin masalah baru. Biarin mereka, entar juga hilang sendiri rumornya.

Sampai di kelas, baru gue mau duduk di bangku yang biasa gue duduki. Kursi pojok mepet dinding, jadi kalau bosen sama penjelasan dosen gue bisa liat pemandangan luar. Tapi baru mau duduk, di meja gue ada tulisan berwarna merah, kayak ditulis pake lipstik, ngatain gue 'you deserve to die!'

Ngatain gue pelacur, sekarang mereka nyumpahin gue mati? Rasanya tuh sakit tau nggak diginiin temen sekampus. Mereka nggak tau aslinya kayak gimana dan main menyimpulkan sendiri dengan opini buruk mereka.

"SIAPA YANG NULIS INI! JAWAB!"

Bukan gue yang teriak, tapi Yura.

"Babe, be calm!" Mark mencoba menenangkan pacarnya.

Nggak ada yang respon sama sekali. Gue melihat ke temen sekelas gue, mereka hanya natap gue dengan tatapan merendahkan banget. Percaya banget ya sama omongan Hyebin mereka.

Gue buka tas dan ambil tisu basah yang selalu gue bawa, buat membersihkan tulisan yang membuat gue hampir aja collapse karena terlalu takut dan syok.

Siapa bilang gue nggak takut? Siapa bilang gue nggak mikirin tentang rumor ini? Jujur aja, gue takut banget. Gue sakit hati dibilang pelacur lah, dibilang nggak punya harga diri lah, ini lah itulah. Rasanya pengen gue teriak mencaci maki mereka balik dan bilang yang sebenernya kenapa gue bisa nikah sama kak Jaehyun disaat gue masih kuliah semester tiga. Tapi kalau gue ngomong yang sebenarnya, itu artinya gue bongkar rahasia papa mertua gue yang mereka coba tutup rapat-rapat.

"Mark, kamu beli minum di kantin gih! Buat Ira," pinta Yura ke Mark, dan Mark langsung ngacir ke kantin.

"Duduk dulu. Lo nggak usah mikirin tulisan barusan. Lo punya gue, Yuratuy kesayangan lo. Lo juga punya Mark sama Lucas. Kita bakal lindungi lo. Sabar ya," tenang Yura.

FATUM • [Jaehyun] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang