Chapter 87 [END]

420 13 1
                                    

Seluruh Keluarga Reivano dan Stuart berkumpul di Vienna. Mereka semua ada di rumah sakit tempat dimana Ken melahirkan dan di rawat. Bagaimana mereka semua? Sudah jelas. Mereka sangat bersedih mendengar berita ini. Tapi, sisi lain, mereka bahagia Ken melahirkan seorang Putra.

" Maaf pah " ucap Devin seraya memeluk James-- Papah Ken.

James memeluk balik Dev, mengusap punggung nya.

" Tidak apa-apa, Nak. Ini murni kecelakaan. Sekarang kita berdoa ya biar Ken cepet sadar. " kata James menenangkan.

Devin mengangguk dan melepaskan pelukan nya, seraya menghapus air mata nya.

" Mom, maaf kalau Devin sering buat kesalahan. Devin tau perjuangan Mom untuk ngelahirin Devin kayak apa. " ucap Dev seraya memeluk Mamanya.

Ia, Devin belajar dari ini semua. Dia merasakan perjuangan seorang wanita yang mengandung, melahirkan, dan merawat. Sekarang, ia tahu kenapa harus berbakti sama orang tua nya. Karena ini, perjuangan yang tiada henti untuk seorang anaknya.

" Mom udah maafin Devin. Maaf mom juga sering maksain kehendak mom " kata Teresia.

Devin mengangguk dan melepaskan pelukannya.

" Bang, Alen nangis terus nyariin " ucap Vanes yang menggendong Alen sedang menangis.

Devin mengambil Alen dari gendongan Vanes. Mencium Alen dengan sayang. Lagi-lagi, air mata nya menetes.

Kenzya benar-benar merubahnya.
Kenzya benar-benar membuat nya jatuh.

---

Sebagian keluarga yang ikut ke rumah sakit, disuruh pulang ke Mansion Devin agar tidak terlalu ramai dan mengganggu ketenangan.

Yang tinggal hanya Rian dan James. Alen pun ikut pulang.

Devin pernah di vase ke-sedihan. Tapi tidak pernah se-sedih ini.

Apa Tuhan ingin menguji nya lagi?

Apa Tuhan tidak suka ia bahagia?

Tuhan..

Tolong jangan ambil, hamba mu.

Biarkan sekali lagi, aku si pendosa ini bahagia dengan yang kau takdir kan untuk ku, Tuhan.

Aku butuh diri-nya Tuhan.

Anak kami butuh ia, Tuhan.

Tapi aku tak kan egois, Dia tetap punya mu, aku hanya lah seseorang yang kau titipkan dirinya untuk temani hidup ku, apa boleh beri aku kesempatan untuk membahagiakannya?

---

Sudah sebulan, tapi Ken belum juga sadarkan diri. Alat medis masih menjadi tumpuan di tubuhnya.

" Sudah sebulan Ken bertahan dengan alat-alat itu tanpa kepastian. Apa kau tidak kasihan? " kata Ryan pada Devin.

Ryan kasihan melihat anak nya terus menunggu tanpa kepastian. Sedangkan yang di tunggu, dia tertidur sangat tenang.

Devin meninggalkan Ryan untuk masuk ke ruangan Ken. Dia tidak bisa berpikir yang lain, selain menunggu Ken sadar.

Dev duduk di kursi yang tersedia disamping brangkar. Menautkan jemari nya dengan jemari Ken. Dev tersenyum,

" Heiii, kapan kamu bangun? "

" Kamu gak kangen sama aku? Sama Alen? "

" Kamu gak mau liat Putra kita? Kalo kamu liat, pasti kamu akan memajukan bibir mu, karena cemburu. Ia sangat mirip dengan ku. "

" Ayo kamu bangun. Udah cukup tidur nya. "

" Jangan tinggalin aku. "

" Kamu bilang, kamu mau yang ngurus anak-anak kita sendiri? "

" Tepatin janji kamu,Kenzya. "

Devin terus mengajak ngomong tanpa ada balasan. Ia menangis. Hati nya sakit. Hidupnya hancur. Tujuan nya melayang tanpa kepastian.

Mencium, tangan Ken dengan hati-hati. Takut, sedikit saja ia lengah, Ken tak akan lagi disampingnya.

Dev menatap Ken terus-terus an. Dia ingin menggantikan posisi Ken, kalau bisa.

TTTTTTTUUUUUUUUUTTTTTTTTTT

Alat Pendeteksi Jantung berbunyi nyaring dengan satu hentakan bunyi. Dev kalang kabut, panik bukan kepalang. Ia keluar mencari dokter.

" PLEASE! HELP! HELP! DOKTER! " teriak Dev.

Dokter langsung datang dan langsung memeriksa keadaan Ken. Suster menyusul Dokter untuk membantu. Sebelumnya, Devin disuruh tunggu diluar selama dokter memeriksa.

Devin mundar-mandir menunggu Dokter keluar dari ruangan Ken. Panik, Sedih, Amarah semua bercampur menjadi satu.

Apa ini jawaban mu, Tuhan?

Dokter keluar dari ruangan Ken. Devin langsung menghampiri dengan perasaan yang sangat-sangat risau. Apa yang akan terjadi.

" Gimana Dok? " tanya Devin.

Dokter menarik nafas, lalu menghembuskan nya sebelum menjelaskan.

" Maaf. Kita harus mencopot semua alat penunjang kehidupannya. "

DUARRRRR.

Hati Devin hancur.

Hidup Devin hancur.

Kesakitan menguap keperadaban.

Sudah saat nya mengikhlaskan.

---------------------- The End- ---------------------

#250320

Never Alone (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang