Chapter 60

97 4 0
                                    

Sudah satu bulan lamanya mereka tinggal di Vienna. Selama satu bulan juga Devin selalu sibuk dengan pindahan nya di perusahaan. Ken mengerti. Bermain bersama Alen sudah cukup membuat nya betah tinggal di Vienna.

Walaupun Ken susah untuk mendapat izin keluar dari Devin. Devin beralasan ini di Vienna bukan di Jakarta.

Ken selalu mengerti Devin. Dan Devin selalu mencoba untuk pengertian dengan Ken walaupun sebenarnya itu tidak terlalu penting. Seperti saat ini, Ken sedang berada di kamar Alen yang menurutnya sangat girly dan lucu ini. Mangkanya Ken betah karena Interior dari kamar Alen sangat membuat nya nyaman dan Ken suka sekali walaupun bukan doraemon.

Ngomong-ngomong tentang doraemon, Devin pernah bertanya pada Ken. Apa ingin dibuatkan kamar Doraemon, lalu Ken menjawab tidak usah karena ini sudah lebih dari cukup.

Ken mengusap kepala Alen dengan sayang. Tersenyum, seraya mengingat bagaimana dia menemukan Alen dijalanan 2 bulan lalu.

" Mom tidak tau sayang, kenapa anak secantik kamu dibuang gitu aja hanya untuk mendapatkan hidup yang layak untukmu?. " ujar Ken dengan tangan masih mengusap kepala Alen.

" Mungkin bagi mereka membuang mu adalah pilihan yang terbaik. Tapi, Mereka salah sayang, mereka telah membuang berlian secantik ini. " ujar Ken lagi.

" Alen harus tumbuh jadi anak yang pintar ya. Yang bisa jadi Kakak untuk Adik-adik Alen nanti. Mom janji akan jaga Alen selalu. " kata Ken lalu mencium kening Alen yang masih terlelap.

Air mata Ken sudah menetes sedari tadi, tidak deras tapi cukup untuk membuktikan kalau Ia sangat menyayangi Alen.

--

Tidak biasanya Devin pulang secepat ini. Dia langsung mencari Ken ke kamar nya dan tidak menemukan. Lalu, Ia berjalan ke pintu penghubung antara kamar mereka dan Kamar Alen.

Devin melihat Ken sedang berbaring seraya mengusap kepala Alen.

Devin berdiam, belum berniat menghampiri.

Ia membeku mendengar penuturan Ken pada Alen yang jelas tidak mengerti apa yang dibicarakan Ken.

Devin melihat, Ken begitu menyayangi Alen.

Devin tidak kuat lagi hanya memperhatikan, akhirnya Ia menghampiri Ken.

" Hei " sapa Dev pada Ken.

Ken terkejut, seraya menghapus air mata nya.

" Kenapa menangis? " tanya Dev.

Ken tersenyum,

" Mas sudah pulang? " tanya Ken mengalihkan pertanyaan dari Dev.

Devin mengangguk,

" Jangan mencoba mengalihkan pertanyaan ku,sayang. " kata Dev.

Ken menunduk, tidak berani melihat mata Dev.

Dev mendekat dan mengambil Ken untuk masuk kedalam dekapannya.

Ken kembali terisak.

" Heii,, stttt jangan nangis. Ada apa? Ceritakan padaku. " ucap Dev mencoba menenangkan.

Ken masih terus terisak dalam dekapan nyaman Dev.

Dev mengelus puncak kepala Ken sayang.

" Tidak usah memikirkan macam-macam tentang keluarga Alen. " kata Dev seperti tahu kejanggalan di hati Ken.

Ken melepaskan dekapannya. Lalu menatap Devin dengan mata yang sudah memerah.

" Mas tau kan, cepat atau lambat setelah Alen besar nanti dia akan mengetahui semuanya. Semua kebenarannya. Apa nanti dia bisa terima kalau keluarga nya telah membuangnya dijalan? " ujar Ken.

Never Alone (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang