EXTRA PART I

106 1 0
                                    

" Maaf. Kita harus mencopot semua alat penunjang kehidupannya. "

Devin terdiam mencerna apa yang diomongkan Dokter. Menggeleng, dan berlari keruangan dimana Ken berada. Menatap pintu ruangan Ken dengan penuh kesedihan.

" apa ia siap akan kehilangan? "

" apa ia siap di hantui dengan rasa bersalah yang teramat? "

Membuka pintu itu perlahan dan masuk mendekati brankar. Menatap seorang wanita yang sedang tertidur tenang. Wanita yang sudah merubah hidup nya, memberi warna dalam hari-hari nya.

" Apa ia siap meng-ikhlaskan? "

Devin duduk dikursi samping brankar. Mengambil tangan Ken untuk di cium nya. Air mata menetes di pipinya. Ia menangis.

Mendekap tangan Ken seperti tidak ingin kehilangan nya.

" Sudah cukup menyiksa aku, Ken. Bangun lah. Aku masih butuh kamu. Grey butuh kamu. Alen butuh kamu. Cepat bangun, kami semua menunggu. " ucap Devin pada Ken yang terbaring tenang.

Tangis Devin pecah, ia tidak lagi bisa menahan kesakitan dalam hidupnya. Ia tidak lagi menutupi kesakitan itu. Hari ini, di hadapan Ken yang terbaring tenang, ia menumpahkan seluruh kesakitannya.

" Aku pernah kehilangan seseorang yang sangat aku sayang. Aku sudah ikhlas. Tapi, untuk kali ini jangan biarkan aku meng-ikhlas-kan lagi, Ken. Karena aku gak yakin aku sanggup. " ucap Devin.

Devin bangun dari duduknya, mendekati Ken untuk berbisik di telinga nya.

" Sayang, bangun ya. Sudah cukup tidurnya, aku menunggu kamu. I love you. " ucap Devin di telinga Ken.

Lalu ia mencium kening Ken, lagi-lagi air mata nya menetes mengenai wajah Ken.

Devin menghapus air mata nya, memperhatikan wanitanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Devin menghapus air mata nya, memperhatikan wanitanya.

Ia harus tegar untuk anak-anaknya.
Ia harus bisa meng-ikhlaskan lagi.

Devin berbalik ingin keluar ruangan, tapi tangan Devin seperti di tarik untuk menahannya agar tidak pergi. Devin menoleh perlahan,

DEG.

Devin menatap Ken yang sekarang sudah membuka matanya, tangan nya pun bisa menahan tangan Devin. Airmata Devin kembali menetes. Ia menghampiri Ken dan memeluknya. Menumpahkan seluruh kesakitan nya.

" Jangan tinggalkan aku. "

" Jangan tinggalkan aku lagi. "

" Maaf kan aku, Sayang. "

Ucap Devin masih dengan memeluk Ken. Ken tersenyum dalam pelukan Devin. Tangan nya mencoba mengusap punggung Devin.

" Aku.... ti..dak... akan meninggal..kan mu Mas " kata Ken dengan terbata dan sangat lemas.

Never Alone (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang