Bagian 38 - SATWATIRON

54 5 0
                                    

Sarapan pagi hari itu berupa bubur tepung beras, disiram kuah gula merah dengan aroma kayu manis.

"Sarapan yang enak," kata Arumdalu sambil menyuap sesendok bubur itu. "Tapi biasanya tak bisa tahan lama. Jika hanya makan bubur, tak lama lagi aku akan merasa lapar kembali."

"Kalau begitu kau harus menambah lagi bubur itu banyak-banyak," kata Laksmi.

"Ah, kau selalu membuatku malu, Laksmi," rajuk Arumdalu.

Laksmi terkikik geli.

Pagi itu suasana hati para lare winih terasa lebih santai. Tampaknya pertemuan mereka dengan Panji Pataka semalam telah membuat beberapa hal yang mengganjal di hati mereka cukup terjawab. Apalagi lelaki tua berambut dan berjenggot putih panjang itu bersedia menampung keresahan mereka.

Setelah sarapan, jadwal lare winih hari itu adalah mengunjungi Ruang Upiksa. Mereka ingat ruangan itu pernah disebut-sebut oleh Kinanthi Maheswari, Menteri Keilmuan dan Kecanggihan. Menteri wanita itu katanya akan memeriksa serangga-serangga Muring Inten di sana.

Seperti biasa Nyai Adicara-lah yang memandu mereka. Sebagaimana biasa pula, busananya tampak ringkas, yaitu kebaya dan celana panjang longgar. Hanya saja kali ini aroma wewangainnya berbeda, tidak wangi, melainkan agak berbau rempah-rempah. Ia memanggil nama-nama lare winih untuk memeriksa kehadiran mereka. Kemudian wanita itu melangkah cepat diikuti oleh para lare winih. Mereka menyusuri koridor-koridor istana.

Ruang Upiksa terletak paling ujung, tampak terpencil dari ruang-ruang lainnya. Pintunya juga tampak khusus, terbuat dari lempengan besi. Prajurit penjaga membukakan pintu tersebut dan memersilakan semuanya masuk.

Ruangan itu berdinding putih. Rak-rak kayu berderet di sepanjang dinding tadi, berisi benda-benda asing yang baru pertama ini para lare winih lihat, seperti gumpalan-gumpalan serupa tanah, serta kotak-kotak berbahan tembus pandang yang berisi cairan aneka warna. Juga terlihat beberapa tungku logam berwarna perak yang dihubungkan dengan batang-batang besi yang kelihatannya berongga.

 Juga terlihat beberapa tungku logam berwarna perak yang dihubungkan dengan batang-batang besi yang kelihatannya berongga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di ujung ruangan ada pintu besi berbentuk bulat. Pintu itu tiba-tiba membuka dan tiga orang keluar dari dalamnya. Mereka adalah Pangeran Arcapada, Kinanthi Maheswari, dan Panji Pataka alias Aki Guru.

"Selamat pagi Aki Guru, Menteri Kinanthi, Pangeran Arcapada," ujar Nyai Adicara.

Ketiganya menjawab salam bersama-sama.

Aki Guru mengenakan pakaian pendekar berwarna putih-putih. Warnanya tampak menyatu dengan warna ruangan itu sehingga terkesan dialah pemilik tempat itu.

"Selamat pagi, lare winih. Semoga tidur kalian nyenyak semalam," kata Panji Pataka.

"Selamat pagi, Aki Guru," ujar anak-anak semua.

"Inilah Ruang Upiksa," kata lelaki tua itu lagi. "Kurasa kalian perlu tahu apa-apa saja yang bisa dilakukan di sini. Nah, di sini ada berbagai macam benda dan alat untuk melakukan percobaan. Hampir segala penemuan baru untuk keperluan kerajaan dihasilkan di sini."

HINGGILOKA Legenda Sang Putri Merah [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang