Bagian 30 - PADANG PARILANG

72 4 0
                                    

Pangeran Arcapada, para lare winih, dan Gadung Lelono tiba di ujung lorong. Bagian ini dijaga oleh sejumlah prajurit. Salah seorang dari mereka membukakan pintu besi besar berjeruji. Dan rombongan itu tiba di kaki sebuah bukit.

Langit cukup cerah dan udaranya terasa panas. Segera saja mereka semua naik ke punggung bukit itu.

"Lihat, Istana Hinggiloka berada jauh di belakang kita," ujar salah seorang lare winih laki-laki.

Semuanya memandang benteng istana di kejauhan sana dengan menara-menara besarnya. Kain panji-panji di ujung atap menara-menaranya yang runcing mengalun lembut diembus angin. Sekawanan burung terbang melintas di atasnya.

"Wah, benteng istana itu tampak lebih megah dibanding waktu pertama kali aku melihatnya," kata Mayang Srini.

"Ya, kau benar," timpal Andhaka setuju.

"Lihat, padang rumput di depan kita juga indah sekali," ujar Pandan Selasih. "Betapa luasnya!"

Anak-anak lain berpaling ke arah yang ditunjukkan Pandan Selasih. Ya, sejauh mata memandang, tampak hamparan padang rumput hijau yang amat luas membentang, bahkan hingga ke puncak bukit-bukit lain di seberang mereka. Rumputnya cukup tinggi dan tampak seragam, bergelombang-gelombang dipermainkan angin.

Sebuah bentang alam padang rumput yang indah dan sangat rapi.

Sebuah bentang alam padang rumput yang indah dan sangat rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tapi... kurasa... itu bukan padang rumput biasa," gumam Dibal mengerutkan kening. "Rumputnya seperti alang-alang, tapi kelihatannya bukan, karena bunganya malah mirip bunga padi."

Untuk beberapa saat para lare winih memerhatikan tumbuhan tersebut, yang terus-menerus bergelombang diembus angin. Angin kencang juga membuat pakaian seragam abu-abu mereka ikut berkelebatan.

"Kau benar, Pangeran Dibal. Itu memang bukan tumbuhan alang-alang, juga bukan tanaman padi, melainkan hasil perkawinan atau penggabungan dari keduanya," ujar Pangeran Arcapada. "Nama tumbuhan itu parilang, yaitu tanaman padi yang berakar alang-alang. Jadi bagian atasnya berupa tanaman padi, sedangkan bagian bawah atau akarnya adalah akar alang-alang. Itu adalah salah satu tanaman hasil rekayasa. Tanaman ini dapat tumbuh di tanah-tanah tandus seperti yang biasa ditumbuhi alang-alang, namun tanaman ini juga bisa menghasilkan beras sekaligus. Dengan tanaman parilang ini, bahkan tanah yang tandus pun akan menghasilkan pangan. Inilah salah satu upaya agar kerajaan kita tidak pernah kekurangan bahan makanan untuk rakyatnya. Nah, selamat datang semuanya di Padang Parilang!"

Anak-anak yang mendengar penjelasan itu terpesona. Parilang, ternyata tumbuhan unik hasil penggabungan antara tanaman padi dan alang-alang! Mereka pun langsung membayangkan berbagai macam jenis tanaman lain untuk digabung-gabungkan menjadi tanaman tertentu.

"Tapi, pada umumnya, yang bisa digabung-gabungkan hanyalah tanam-tanaman yang mirip saja, yaitu yang dianggap berkerabat dekat," lanjut Pangeran Arcapada, seolah bisa membaca pikiran mereka. "Sulit menggabungkan antara pohon kelapa dengan tanaman lombok, misalnya. Walaupun mungkin bisa, namun tingkat keberhasilannya sangat kecil."

HINGGILOKA Legenda Sang Putri Merah [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang