Hari memang telah pagi. Namun langit tampak mendung sehingga suasana agak suram.
Mendung yang aneh di musim kemarau.
Sejumlah prajurit berjaga-jaga di beberapa tempat. Sebagian lagi berjalan hilir-mudik lambat-lambat. Pandan Selasih dan Pangeran Arcapada menguap berbarengan.
Tiba-tiba terdengar loceng tanda waktu sarapan berdentang-dentang nyaring membuat keduanya terkesiap.
"Suasana istana sudah kembali pulih, ya?" ujar Pangeran Arcapada. "Kelihatannya semuanya sudah keluar dari Bangsal Atmaja. Rasanya tadi malam tak terjadi hal-hal yang membahayakan. Semuanya akan makan pagi seperti biasa hari ini."
Pandan Selasih mengangguk sependapat.
"Tapi Pangeran, saya rasa saya perlu membersihkan diri dulu sebelum ke ruang makan," kata si Baju Merah itu.
"Baiklah. Tapi mungkin kau akan terlambat. Acara sarapan sudah selesai," ujar Sang Pangeran. "Tapi kurasa tak apa-apa. Aku akan membersihkan diri dulu juga. Lalu kita akan bertemu lagi untuk makan bersama. Bagaimana?"
"Pangeran makan di ruang makan umum?" kata Lasih mengernyit.
"Bukan di ruang makan umum, Lasih. Melainkan aku mengundangmu sarapan bersama di tempatku. Akan kuminta seorang prajurit menjemputmu di Bangsal Atmaja, lalu mengantarmu ke pendopo pribadiku."
Lasih tak tahu harus berkata apa.
"Ayolah kita bersiap-siap, Lasih. Aku sudah lapar."
"Baiklah, Pangeran. Terima kasih atas undangannya."
Pangeran Arcapada mengangguk.
Pandan Selasih kembali ke Bangsal Atmaja. Tak lama, setelah berbenah diri, ia diantar oleh seorang prajurit ke sisi benteng arah timur laut. Ketika hendak memasuki suatu lorong, seorang penjaga memeriksa mereka berdua.
"Maaf, lorong ini bergambar cincin bertanda silang. Anak ini tidak boleh memasukinya," ujar prajurit penjaga.
Prajurit yang mengantar Lasih mengernyit.
"Tapi saya mendapat perintah untuk mengantar anak ini ke Pendopo Sinom, pendopo pribadi Pangeran Arcapada," ujarnya.
"Peraturan ini tidak boleh dilanggar. Tak boleh masuk jika ber-cincin seperti itu," kata prajurit penjaga lagi.
"Tapi Pangeran Arcapada telah menugaskan saya mengantar anak perempuan ini," ulang prajurit pengantar kukuh.
Kedua prajurit itu saling pandang.
Sebelum keduanya berbicara lebih banyak, tiba-tiba muncul Pangeran Arcapada dari dalam lorong itu. Prajurit yang mengantar Lasih dan prajurit penjaga lorong segera menjelaskan duduk perkara itu kepada Sang Pangeran.
Pangeran Arcapada tertawa kecil dan tampak tersipu-sipu.
"Ya, kalian berdua prajurit yang patuh. Akulah yang bersalah, maafkan aku. Aku lupa bahwa lorong ini bergambar cincin bertanda silang, makanya aku segera ke sini, " ujar anak laki-laki itu. Lalu ia menatap Pandan Selasih dan berkata, "Tolong lepaskan cincinmu, Lasih. Titipkan saja pada prajurit penjaga lorong."
Lasih mengernyit heran.
"Tak apa-apa, Lasih. Nanti aku akan menjelaskannya padamu," tambah Pangeran Arcapada.
Pandan Selasih menurut. Setelah melepas cincinnya, ia dan Pangeran Arcapada mengucapkan terima kasih kepada kedua prajurit tadi, lalu bersama-sama memasuki lorong menuju Pendopo Sinom.
Pendopo pribadi Pangeran Arcapada itu cukup nyaman meskipun tidak terlalu luas. Ada kolam ikan serta berbagai pethetan terpangkas rapi dan di atur mengitari tepian pendopo.
KAMU SEDANG MEMBACA
HINGGILOKA Legenda Sang Putri Merah [LENGKAP]
FantasyLasih, anak perempuan berusia sepuluh tahun, diundang ke Istana Hinggiloka oleh Maharaja Mahagraha. Di sana ia diperlakukan istimewa oleh Sang Maharaja, melebihi anak-anak lain yang juga diundang. Maka beredar selentingan Lasih sesungguhnya anak kan...