DESTINY-72

1.7K 150 8
                                    

Dewa membuka matanya saat mendengar suara ketukan seseorang yang begitu berisik. Membuat tidurnya terganggu. Dewa berdecak kesal dengan ulah orang yang mengetuk dengan tidak sabaran itu. Saking kerasnya membuat pintu kontrakannya seakan ingin roboh.

Ya, setelah hari dimana ia bertemu dengan Athena, Dewa kembali ke kontrakan lamanya. Jujur saat mengingat gadis itu, perasaan bersalah langsung menyergapnya kembali. Dewa benar-benar merasa bersalah sudah membentak bahkan mengatakan kalau Athena adalah cewek penyakitan.

Dewa ingin meminta maaf, namun lagi-lagi egonya selalu menguasai. Beberapa hari ini juga Dewa tidak pernah lagi mendapatkan kabar apapun mengenai Athena. Biasanya setiap hari gadis itu akan meneleponnya atau mengirimkan pesan padanya. Namun setelah pertengkaran mereka Dewa tidak lagi mendapatkan telepon atau pesan apapun dari Athena.

Gadis itu menepati kata-katanya untuk tidak ikut campur lagi dalam hidup Dewa.

Bukankah seharusnya Dewa senang karena dengan begitu Dewa bisa melupakan Athena? Tapi kenapa dirinya seolah ada yang kosong dan tidak lengkap?

Dewa tersentak mendengar ketukan pintu kontrakannya yang semakin brutal, diikuti seruan seseorang yang terus memanggil namanya. Dewa mengacak rambutnya kesal. Beranjak dari tempat tidur menuju pintu.

Setelah membukanya dan hendak mengomeli orang yang sudah seenaknya mengganggu tidurnya, Dewa malah tumbang ke lantai setelah menerima sebuah bogeman mentah tepat di rahangnya. Cowok itu mendongak, menatap Ben—sang pelaku yang barusan memukulnya tanpa Dewa tahu masalahnya.

"Lo apa-apaan sih?! Kenapa mukul gue?!" tanya Dewa emosi. Ben tidak takut. Malah sekarang dia menarik kerah baju Dewa kuat dan menarik Dewa berdiri.

"Pengecut!" Ben mendorong Dewa sampai cowok itu bersandar di dinding. "PENGECUT!!" maki Ben lagi.

"Lo kenapa sih?!" Dewa membalas mendorong Ben. Ia benar-benar bingung kenapa Ben bersikap seperti ini padanya.

"Seharusnya gue yang tanya Dewa Althaf! Lo yang kenapa?! Lo mencoba lari dari masalah lo? Itu namanya pengecut!!"

"Gue nggak ngerti maksud lo."

"Gue udah tau semuanya. Nggak ada yang perlu lo tutup-tutupi lagi dari gue," ujar Ben. Tangannya menunjuk ke arah Dewa yang masih menatapnya bingung. "Lo pergi selama ini untuk menghindar dari Athena, kan?"

Dewa diam. Walaupun ia sempat terkejut. Darimana Ben tahu?

"Gara-gara cowok yang waktu itu, kan? Cowok yang ngomong kalau Athena deketin lo cuma karena kasihan? Lo bego, Wa. Seharusnya lo mikir dulu sebelum bertindak!"

"Lo bela Athena?" tebak Dewa menyelidik.

"Gue nggak bermaksud buat bela siapapun. Disini gue cuma mau bantu lo. Seharusnya lo selidiki dulu kebenarannya, Wa. Jangan ambil keputusan disaat lo dalam keadaan marah."

"Kalau benar Athena deketin lo karena kasihan, buat apa selama ini dia uring-uringan nyariin lo disaat lo menghilang gitu aja tanpa kabar? Asal lo tau, Wa, selama lo pergi, Athena selalu nanyain kabar lo sama gue. Bahkan dia repot-repot ke kontrakan lo buat beres-beres. Berharap disaat lo kembali kontrakan lo bersih dan nyaman."

"Athena selalu peduli sama lo, Wa. Dia lebih memperhatikan lo daripada dirinya sendiri yang sekarang sedang sakit. Lo harusnya mikir, Wa. Masih ada orang yang begitu perhatian sama lo tapi lo lepasin gitu aja dan buat dia sedih. Gue nggak nyangka lo sebrengsek ini."

"Iya, gue emang brengsek. Puas lo!"

Ben mendekat. Mencoba menyentuh pundak Dewa tapi langsung di tepis oleh cowok itu. "Mendingan lo pulang. Gue lagi nggak mau berantem sama lo," usir Dewa.

DESTINY [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang