"Disini aja, Sus," kata Athena pada Suster yang mendorong kursi rodanya. Suster tersebut menghentikan kursi roda Athena di taman Rumah Sakit. Karena hari masih pagi dan cahaya matahari pagi bagus untuk kesehatan.
"Makasih, Sus. Suster pergi aja. Aku mau disini dulu." Suster tersebut mengangguk dan pergi.
Athena mendongak menatap langit yang cerah berawan. Suasana bagus untuk melanjutkan lukisannya. Athena membuka buku gambarnya, melanjutkan gambarnya yang masih setengah. Athena benar-benar menggambarnya dengan hati-hati dan penuh perasaan. Berharap suatu hari nanti perasaannya akan tersampaikan pada sosok yang sedang ia lukis saat ini.
"Kak, Athena!"
Athena menoleh. Melihat Qia yang duduk di kursi rodanya sendiri. Tidak seperti pertemuan mereka sebelumnya, saat ini Qia tidak memakai pakaian Rumah Sakit yang sama seperti dirinya. Sudah berganti dengan pakaian biasa.
Athena bertanya-tanya, kemana Qia akan pergi?
"Hai, Kak!" sapa Qia tersenyum, berhadapan dengan Athena. "Kak, bisa tolong tinggalin Qia dulu? Sebentar aja kok." Qia berbicara pada seorang gadis cantik yang mendorong kursi rodanya. Gadis yang sepantaran dengan Athena. Bedanya gadis itu terlihat begitu sehat. Berbeda dengan Athena.
Gadis yang di panggil "Kak" oleh Qia barusan mengangguk. Tersenyum singkat ke arah Athena sebelum pergi sesuai permintaan Qia.
"Dia siapa?" tanya Athena masih memperhatikan punggung gadis cantik itu.
Qia mengikuti arah pandangan Athena lalu tersenyum. "Dia Kakak aku, Kak. Yang pernah aku ceritain waktu itu."
Athena mengangguk. "Aku jarang lihat dia kesini."
"Dia nggak tinggal di sini, Kak."
"Maksudnya?"
"Kakakku tinggal di Jakarta. Sedangkan aku disini, di Bandung."
"Kenapa nggak tinggal bareng?"
"Kalau aku tinggal di Jakarta, Kakakku khawatir nggak bisa jagain aku apalagi dengan keadaanku yang tidak bisa di prediksi. Kadang baik-baik aja, dan kadang sering kambuh," jelas Qia. "Makanya aku tinggal di Bandung. Kebetulan juga aku punya Kakak sepupu laki-laki yang bekerja sebagai Dokter di sini. Namanya Dokter Rangga. Kakak pasti kenal, kan? Dokter Rangga adalah Dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit ini. Kata orang-orang dan Suster kebanyakan sih, panggilannya Dokter ganteng."
Athena terkekeh mendengar cerita Qia. "Dokter ganteng? Emang kenyataannya, kan?"
Qia mengangguk setuju. "Nggak salah juga sih."
"Oh ya, kamu mau kemana? Udah sembuh?"
Qia menggeleng. "Penyakit kaya aku nggak bakalan sembuh, Kak. Kecuali ada orang yang mau donorin ginjalnya."
"Terus... kamu mau kemana?"
Qia menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum namun dengan tatapan berbeda menurut Athena. "Aku mau pulang, Kak."
"Pulang?"
"Iya. Aku udah mutusin, kalau aku akan tinggal di Jakarta sama Kakak aku. Jujur, selama ini aku sangat merindukan Kakak aku. Aku ingin tinggal bareng dia. Karena aku nggak tega jika setiap kali Kakak aku harus bolak-balik Jakarta-Bandung cuma buat mastiin keadaan aku." Qia perlahan menghela napas. "Aku cuma ingin menghabiskan waktu bersama orang yang aku sayang, Kak."
Athena ikut tersenyum. Mengulurkan tangannya mengenggam lembut tangan Qia. "Aku tau kamu sangat sayang sama Kakak kamu. Karena aku bisa lihat itu dari tatapan kamu sama dia. Penuh cinta dan kasih sayang."

KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [ END ]
Roman pour Adolescents"Aku tidak pernah menyalahkan rindu, sebab rindu hadir karena adanya KENANGAN." ~ Dewa Althaf ~ "Aku juga tidak pernah menyalahkan pertemuan, meskipun akhirnya adalah PERPISAHAN." ~ Athena Wiatama Husein~ >>>> Dewa Althaf. Satu nama yang di pandang...