DESTINY-69

1.6K 142 2
                                    

Athena mengerang pelan lalu membuka matanya merasakan usapan lembut di kepalanya, di tambah dengan beban berat yang terasa di bagian kasur sebelahnya. Athena mendongak, melihat Hana yang duduk di pinggir kasur seraya tersenyum.

"Ayo bangun, sayang. Udah pagi," kata Hana lembut. Dia bangkit berjalan ke arah gorden dan membukanya, sehingga cahaya matahari langsung menerobos masuk ke dalam kamarnya.

"Mandi, siap-siap, terus turun ke bawah. Kita sarapan." Hana keluar dan menghilang dari balik pintu kamar.

Athena duduk dan bersandar di sandaran kasurnya. Kepalanya berputar pada sebuah bunga mawar di dalam vas di atas nakas yang satu persatu kelopaknya sudah lepas dan jatuh. Athena menghela napas. Mengambil ponselnya berharap ada kabar dari Dewa.

Sudah hampir dua minggu lamanya Athena tidak bertemu Dewa lagi. Bahkan setiap ia mencoba menghubunginya, nomor Dewa selalu berada di luar jangkauan. Semua pesan-pesan yang ia kirimkan juga tidak ada yang di baca sama sekali.

Athena menoleh ke arah balkon yang di halangi pintu kaca. Menatap keluar dengan tatapan berharap. Tanpa sadar setetes air matanya jatuh. Membasahi pipinya yang semakin hari semakin tirus dan pucat.

Dewa, kamu dimana?

///////

Selesai sarapan Athena kembali ke kamarnya. Sebelumnya ia pikir sarapan mereka kali ini hanya bertiga, mengingat kedua kakaknya sudah menikah dan memiliki keluarga sendiri. Namun ternyata semua itu salah. Kedua kakak dan kakak iparnya berkumpul di rumahnya untuk sarapan bersama. Di tambah canda tawa saat bergurau bersama.

Suasana sangat ramai, namun entah kenapa Athena masih merasa kosong.

Athena duduk di kursi meja belajarnya. Mengeluarkan sebuah buku gambar berukuran besar dari laci mejanya. Membuka kembali semua gambar yang sudah ia lukis selama ini. Sampai tangannya berhenti pada sebuah gambar yang belum selesai ia kerjakan. Sosok yang selama ini selalu membuatnya khawatir dan uring-uringan karena tidak mendengar kabar darinya.

Athena menghela napas. Tangannya mengambil pensil di kotak pensil. Dengan lembut dan penuh perasaan, Athena kembali melanjutkan gambarnya yang sempat tertunda itu.

Sambil tersenyum memikirkan Dewa, Athena kembali teringat dengan semua sikap menyebalkannya pada cowok itu. Tidak peduli apakah Dewa kesal padanya bahkan sampai marah-marah padanya. Athena tetap nekat mendekati Dewa. Walaupun konsekuensinya Athena sendiri yang akan di jauhi satu sekolah karena berteman dengan sosok troublemaker seperti Dewa.

Athena tidak peduli dengan semua yang dikatakan orang-orang padanya. Toh sekali lagi, ia sendiri yang menjalani dan merasakan. Jadi tidak ada hubungannya dengan orang lain.

"Akh!" Athena meringis merasakan sakit di kepalanya yang tiba-tiba berdenyut kencang. Sampai pensil yang di pegangnya jatuh.

Athena menutup mata kuat. Sakit di kepalanya kembali bahkan terasa lebih sakit dari sebelumnya. Tangannya bergetar hebat. Segera Athena berjalan ke tempat tidur. Mengambil obatnya di laci meja dan meminumnya.

Athena merebahkan kepalanya di tepian kasur. Rasanya sungguh sakit. Sangat-sangat sakit. Tubuh dan tulangnya bahkan seperti diremuk begitu kuat. Begitu menyiksa.

"Kapan semua ini akan berakhir?" lirihnya terdengar putus asa.

Athena mencoba berdiri dengan kaki yang masih bergetar. Bahkan untuk berdiri pun rasanya sungguh sulit. Athena harus memegang tepian tempat tidur supaya bisa berdiri. Perlahan Athena berjalan ke lemari, melihat dirinya sendiri di pantulan cermin.

Athena menyisir rambutnya dengan tangan. Semakin ia menyisirnya, beberapa bagian rambutnya ikut rontok. Athena melihat rambutnya sendiri yang terselip di sela-sela jarinya. Bahkan rambutnya sendiri sudah lelah dengan penyakit yang ia rasakan selama ini. Bagaimana dengan bagian tubuhnya yang lain? Apakah perlahan-lahan juga akan berhenti berfungsi dan memilih untuk beristirahat?

DESTINY [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang