Seharian ini Athena tampak tak begitu semangat. Kejadian semalam dimana kata-kata Mega masih begitu terngiang di pikirannya. Membuatnya tidak fokus dengan pelajaran sama sekali. Dewa yang duduk di sebelah Athena memperhatikan gadis itu dalam diam. Jujur dia sedikit khawatir melihat Athena yang berbeda dari biasanya. Cerewet dan selalu mengganggunya. Tapi sekarang gadis itu lebih banyak diam dan saat ditanya dia hanya tersenyum tipis sambil berucap, "gue gak apa-apa."
TengTengTeng!
Bel pulang akhirnya berbunyi. Semuanya mengemasi barang masing-masing dan keluar dari kelas. Sama halnya dengan Athena yang berjalan di koridor dengan wajah mendung. Gadis itu berjalan keluar gedung dengan kepala menunduk. Tidak menyadari bahwa sejak tadi ada yang memperhatikannya dan mengikutinya dari belakang.
Dewa menghela berat. Kakinya ia langkahkan semakin cepat mengejar Athena di depannya, dan tanpa aba-aba cowok itu menarik tangan Athena, membuat gadis itu terkejut dengan mata membulat.
"De... Dewa?"
"Ikut gue," kata Dewa menarik Athena menuju motornya.
Dewa memakaikan Athena helm dan naik ke atas motor. Setelahnya cowok itu menjalankan motornya pergi.
Ben, Naomi dan Irene yang baru keluar melihat Dewa dan Athena baru saja pergi. Ketiganya menatap gerbang sekolah yang sempat di lewati oleh Dewa dan Athena. Terbesit rasa penasaran di diri mereka masing-masing.
"Kayanya semakin hari gue liat mereka semakin lengket. Udah kaya amplop sama prangko. Kemana-mana selalu bersama," ujar Irene memberikan pendapatnya.
"Bener. Kayanya mereka berdua udah mulai suka satu sama lain. Iya gak?" sahut Ben yang diangguki oleh kedua perempuan di dekatnya.
"Gue bangga, akhirnya temen gue bisa juga buka hatinya buat cewek lain," gumam Ben menghela napas.
Serentak mereka bertiga bersedekap lalu memiringkan kepala ke kiri dengan pandangan masih lurus ke arah gerbang.
"Kita harus cari informasi nih. 'Kan bagus kalo mereka berdua bener-bener jadian. Kita bisa makan-makan!" ujar Ben yang langsung di pelototi oleh kedua perempuan itu.
"Otak lo isinya cuma makan doang ya? Heran," ujar Naomi jengah menghadapi spesies seperti Ben.
"Enggak." Ben menggeleng-gelengkan kepalanya. "Di otak gue cuma ada elo, Mi," goda Ben mengerlingkan sebelah matanya membuat Naomi mendengus.
"Udahlah, kita gak usah terlalu ikut campur urusan mereka. Peran kita disini cuma jadi temen yang baik buat mereka. Kita support apapun yang terjadi, kalian paham?" ujar Naomi.
Irene dan Ben mengangguk paham.
"Yuk pulang."
Mereka memutuskan untuk pulang daripada harus ikut campur masalah yang bukan termasuk urusan mereka. Dewa dan Athena, mereka akan tetap mendo'akan yang terbaik untuk kedua temannya itu.
Di jalan Athena hanya diam dengan pikiran bingung. Kemana Dewa akan membawanya? Cowok itu tidak biasanya mengajaknya pulang bersama seperti ini. Palingan juga kalau Athena yang memaksa.
"Wa, sebenarnya kita mau kemana sih?" tanya Athena saat Dewa membelokkan motornya. Jalan yang mereka lalui bukanlah jalan ke rumah Athena. Lalu kemana Dewa akan membawanya?
"Lo liat aja," jawab Dewa.
Athena menghela napas. Menyerah. Dewa benar-benar tidak bisa ia tebak.
Tak lama Dewa menghentikan motornya di dekat pantai. Gadis itu turun dari motor dan memberikan helmnya pada Dewa. Mengernyit tidak mengerti alasan Dewa membawanya ke sini.
"Kita mau ngapain di sini?" tanya Athena sambil memperbaiki letak tasnya.
Dewa yang baru turun dari motornya tersenyum tipis. Ia menarik tangan Athena menuju bibir pantai. Suasana cukup ramai karena orang-orang ingin melihat sunset yang indah di pantai.
Athena mengerutkan keningnya melihat Dewa yang sudah melepas sepatunya. Meletakkan tasnya dan menggulung ujung celananya sedikit.
"Ngapain?" tanya Athena bingung.
Dewa tersenyum. "Mau ikut gak?"
"Kemana?"
Dewa tidak menjawab. Malah cowok itu langsung berlari ke arah ombak dan bermain di sana. Tangannya ia arahkan pada Athena supaya gadis itu menghampirinya.
Athena tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. Segera ia melepaskan sepatu dan tasnya. Ikut berlari ke arah ombak. Dewa dengan isengnya menyipratkan air laut itu pada Athena. Gadis itu membalas Dewa. Sampai baju cowok itu sedikit basah karenanya.
Athena tertawa melihat wajah Dewa yang terkena air akibat ulahnya. Dewa mencoba membalas, namun Athena langsung lari dengan tawa yang berderai.
Mereka berlarian di bibir pantai dengan tawa yang lepas. Di temani langit jingga yang indah keduanya tertawa dengan suara deburan ombak. Athena tidak bisa lagi menyembunyikan kebahagiaannya. Saat-saat bersama Dewa sangat menyenangkan. Membuat Athena lupa dengan beban yang selama ini ia tanggung. Membuat rasa sakitnya menguar begitu saja. Di gantikan dengan kebahagiaan yang membuncah di hatinya.
Bersama Dewa, Athena bisa tersenyum dan tertawa seperti ini. Bersama Dewa, Athena bisa merasakan bahwa dirinya seperti hidup kembali.
Puas bermain air Athena duduk di pasir dengan pandangan ke arah matahari terbenam. Menunggu Dewa yang sedang membeli jagung bakar untuk mereka berdua.
"Nih," Dewa kembali dan duduk di sebelah Athena. Memberikan jagung bakar yang ia pegang pada gadis itu.
Athena menerimanya dengan senyuman. "Makasih," ucapnya.
Keduanya duduk sembari menyaksikan matahari terbenam, tak lupa dengan jagung bakar sebagai pelengkap sore ini. Pemandangan yang begitu indah. Bersama dengan Dewa menikmati keindahan sang pencipta.
Athena menoleh pada Dewa. Menatap cowok itu dari samping. Lengkungan senyum terbit di wajahnya melihat betapa tampannya Dewa. Dan, debaran itu kembali hadir. Debaran yang semakin kuat. Athena jadi teringat tentang kata-kata Mega kemarin padanya. Membuat Athena kembali menekuk wajahnya.
"Na, kenapa?" tanya Dewa menoleh. Melihat wajah Athena yang tiba-tiba mendung. Tidak secerah tadi lagi.
Athena mengerjapkan matanya dan langsung merubah ekspresi wajahnya. Melemparkan senyum pada Dewa.
"Aku gak apa-apa," ujar Athena mengalihkan pandangan. Memakan jagung bakar di tangannya untuk mengalihkan tatapan Dewa padanya. Karena Athena yakin bahwa ia tidak akan kuat jika harus menatap mata Dewa terlalu lama. Itu akan berdampak buruk untuk jantungnya nanti.
"Gue liat seharian ini lo lesu, gak semangat kaya biasanya. Makanya gue bawa kesini buat hibur lo," kata Dewa memberikan alasan kenapa ia membawa Athena.
"Lo suka pantai 'kan?" Dewa masih menatap Athena sehingga gadis itu menoleh dan membalas tatapan Dewa.
"Kamu merhatiin aku?" tanya Athena mengerjap.
Alis Dewa bertaut. "Siapa bilang?" elaknya.
"Barusan?"
Dewa menggeleng cepat, mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Enggak." Dewa masih mengelak.
Athena tersenyum misterius. "Barusan kamu ngomong gitu. Ayo ngaku, kamu merhatiin aku 'kan?" desak Athena menyenggol lengan Dewa.
Cowok itu mendesis. Tidak menjawab. Runtuh sudah harga dirinya saat ini. Lagian Dewa tidak ingin mengatakan hal seperti tadi. Entah kenapa mulutnya bergerak sendiri. Membuat Dewa benar-benar bingung. Akhir-akhir ini otaknya selalu tidak bisa sinkron.
"Aku seneng karena kamu selalu merhatiin aku, terimakasih."
Athena merebahkan kepalanya di pundak Dewa. Menatap pada matahari yang semakin tenggelam. Dewa menoleh dengan seulas senyuman di wajahnya.
///////
~I hope you like this my Story~
See you next Chapter^^
Salam,
RatihRahma
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [ END ]
Roman pour Adolescents"Aku tidak pernah menyalahkan rindu, sebab rindu hadir karena adanya KENANGAN." ~ Dewa Althaf ~ "Aku juga tidak pernah menyalahkan pertemuan, meskipun akhirnya adalah PERPISAHAN." ~ Athena Wiatama Husein~ >>>> Dewa Althaf. Satu nama yang di pandang...