Sebelumnya aku mau minta maaf karena aku sempat hapus part ini karena sebuah alasan. Aku iseng aja liat-liat kembali cerita ini dan rencananya mau update part lanjutannya. Tapi nggak tau kenapa part ini tiba-tiba hilang setengah. Aku kaget sekaligus bingung, mana udah ada yang baca.
Makanya aku berinisiatif aja buat lanjutannya berbeda dari sebelumnya. Aku benar-benar minta maaf banget buat kalian semua para readers. Aku juga bingung kenapa sebagian ceritaku di part ini tiba-tiba ke hapus gitu aja.
Jujur aku sedih banget loh. Nggak mudah untuk memikirkan cerita itu tapi entah gerangan apa ke hapus...
Makanya aku buat jalan ceritanya berbeda dari yang sebelumnya. Juga aku akan mempercepat buat 'ENDING' nya.
Sekali lagi aku benar-benar minta maaf, ini benar-benar tidak sesuai dugaan...
Aku harap kalian masih tetap stay ya di ceritaku sampai 'ENDING'Untuk menebusnya aku udah buatin kelanjutannya walaupun berbeda dari sebelumnya. I hope you have fun my story:)
Udah ready bacanya?
///////
"Hai!" sapa Athena senang saat Dewa baru saja masuk ke kamar rawatnya seraya menenteng kantong kresek putih dengan merek salah satu Supermarket.
Dewa menghampiri Athena yang sedang duduk di kasurnya. Tanpa membalas sapaan Athena. Yah, Athena masih bersabar dengan sikap Dewa yang dingin itu. Walaupun jujur Athena selalu berharap Dewa akan membalas semua sapaannya setelah cowok itu mengakui sendiri bahwa dia menyukai Athena beberapa hari yang lalu.
"Bawa pesenan aku?" Athena mengambil alih kantong kresek yang di pegang Dewa. "Mau ini!" Athena mengambil dua buah apel dan mengarahkannya pada Dewa yang masih berdiri di sampingnya.
Tanpa banyak bicara Dewa mengambil apel tersebut. Mencucinya dulu sampai bersih lalu mengupas kulitnya dengan hati-hati. Athena tersenyum melihat betapa Dewa begitu memperhatikannya. Athena tidak henti-hentinya memandang wajah serius Dewa saat memotong apel tersebut sampai ukurannya kecil dan bisa ia makan.
Dewa menyerahkan piring yang berisi apel tersebut. Bukannya mengambilnya Athena malah menggelengkan kepalanya.
"Nggak mau?" Dewa menaikan satu alisnya dengan tatapan bertanya.
"Suapin," manja Athena diikuti dengan wajah memelasnya. Walaupun wajah itu semakin terlihat pucat, tapi tidak pernah memudarkan senyumnya yang menggemaskan.
"Dewa suapin. Pasien nggak boleh capek-capek," ujar Athena lagi.
"Cuma makan buah, Na. Lo aja sendiri."
Athena kembali menggeleng. "Enggak. Maunya di suapin."
Dewa menghela napas. Sifat keras kepala Athena kembali menguasai.
"Katanya sayang sama aku. Masa nggak mau suapin sih?"
"Yang bilang sayang siapa?"
"Kamu!" Athena menunjuk Dewa.
"Perasaan gue cuma bilang suka. Nggak ada bilang sayang."
Skakmat!
Athena mati kutu. Faktanya memang benar Dewa tidak pernah bilang sayang padanya. Athena saja yang terlalu berharap. Sampai-sampai menyamakan makna suka sama sayang.
"Iya, iya. Aku makan sendiri aja." Dengan lemah Athena mengambil piring yang sejak tadi di sodorkan Dewa padanya. Memakan apel-apel tersebut dengan wajah cemberut. Ia sempat melirik Dewa yang sekarang sudah memainkan ponselnya dengan anteng.

KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [ END ]
Teen Fiction"Aku tidak pernah menyalahkan rindu, sebab rindu hadir karena adanya KENANGAN." ~ Dewa Althaf ~ "Aku juga tidak pernah menyalahkan pertemuan, meskipun akhirnya adalah PERPISAHAN." ~ Athena Wiatama Husein~ >>>> Dewa Althaf. Satu nama yang di pandang...