"Kamu minta apa sama Ayah?" tanya Athena entah untuk keberapa kalinya. Dewa memang menang telak melawan Husein bermain catur tadi dan Husein akan memberikan hadiah atau apapun keinginan lawannya jika berhasil mengalahkannya.
Husein bertanya pada Dewa apa yang diinginkan cowok itu. Namun Dewa hanya menjawab kalau ada satu keinginan yang dia inginkan tapi bukan sekarang. Dia akan memintanya jika benar-benar sudah saatnya. Hanya itu, membuat Athena dan kedua orang tuanya bingung apa yang sebenarnya diinginkan Dewa.
Husein hanya mengangguk dan mengatakan kalau Dewa ingin mengatakan keinginannya, cowok itu hanya tinggal mengatakannya padanya dan Husein akan mengabulkannya.
"Dewa ...." Athena merengek dengan bibir yang manyun seperti anak kecil. Sejak tadi juga Dewa tidak menjawab pertanyaannya dan hanya diam.
"Dewa ih! Jawab Dewa!" ujar Athena mulai kesal. Dewa benar-benar menguji kesabarannya. "Terserah kamu lah! Aku masuk aja. Nggak jadi pergi!"
Selesai bermain catur Dewa meminta izin untuk mengajak Athena berjalan-jalan. Tidak, bukan untuk mengabulkan keinginannya. Hanya sekedar berjalan-jalan saja dengan gadis pecinta boneka kucing itu.
Athena hendak berbalik masuk kembali ke rumahnya, namun Dewa langsung mencekal tangan gadis itu untuk menghentikannya.
"Udah gue bilang kan kalau keinginan gue itu rahasia? Belum saatnya lo tau, Na," jelas Dewa juga entah keberapa kalinya pada Athena. Sampai membuatnya capek mendengar pertanyaan Athena yang itu-itu terus sedari tadi.
"Ya terus kapan Dewa Althaf?" gemas Athena. "Kamu jangan buat aku penasaran gini dong. Tau sendiri tingkat ke-kepoan aku tuh besar!"
"Tau." Dewa mengangguk. "Makanya gue nggak mau ngasih tau."
Athena berdecak lalu mendekatkan wajahnya pada Dewa. "Kamu mau beliin aku kucing ya, Wa?" Athena berbisik dengan wajah berbinar.
"Siapa bilang? Jangan ge-er." Dewa menyentil kening Athena membuat gadis itu mengaduh mengusap keningnya. Otomatis menjauhkan wajahnya dari Dewa.
"Ayo pergi. Keburu sore kita pulangnya," ujar Dewa setelah melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul dua siang.
"Kita mau kemana sih? Kalau mau kasih kejutan buat aku ngomong aja kali, Wa. Nggak usah rahasia-rahasiaan segala."
Sekali lagi Athena mengaduh mengelus keningnya yang kembali di sentil Dewa. "Jangan di sentil terus! Sakit Dewa!"
"Makanya jangan suka ge-er," balas Dewa santai sambil berjalan ke arah motornya.
Athena mencebikkan bibirnya. Masih belum beranjak dari tempatnya berdiri.
Dewa menatap Athena yang masih diam dengan tangan mengelus-elus keningnya sendiri. Gadis itu sedikit menunduk. Dari ekspresinya Dewa tahu kalau ia sudah keterlaluan pada Athena. Dewa menghela napas. Perasaan bersalah langsung menggelayutinya.
"Athena," panggil Dewa dengan nada lembut. Athena menatap Dewa yang mengayunkan tangan padanya, menyuruhnya mendekat.
Masih dengan perasaan kesal Athena mendekati Dewa. Cowok itu langsung mengelus-elus lembut kening Athena sembari meniupnya. Berharap rasa sakit itu hilang.
"Maaf, gue nggak bermaksud buat nyakitin lo," kata Dewa menyesal.
Athena terdiam. Lagi-lagi ia jadi salah tingkah begini menerima sikap manis Dewa. Jantungnya langsung berdegup kencang tak karuan.
Kenapa Dewa! Kenapa kamu selalu buat aku jadi salting gini sih?!
"Kalau kayak gini sih mending aku sakit aja supaya kamu perhatian terus sama aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [ END ]
Подростковая литература"Aku tidak pernah menyalahkan rindu, sebab rindu hadir karena adanya KENANGAN." ~ Dewa Althaf ~ "Aku juga tidak pernah menyalahkan pertemuan, meskipun akhirnya adalah PERPISAHAN." ~ Athena Wiatama Husein~ >>>> Dewa Althaf. Satu nama yang di pandang...