DESTINY-06

3.1K 323 3
                                    

Athena berjalan di koridor menuju kelasnya dengan sebelah tangan memegang sebuah buku. Tersenyum ramah saat orang-orang menyapanya. Terkadang Athena terkekeh pelan saat mendengar cowok-cowok yang memujinya ataupun memberikan gombalan padanya.

Athena tidak menganggapnya serius. Ia hanya menganggap bahwa semua itu hanyalah gurauan dan candaan supaya tidak terlalu serius dalam menjalani hari. Lagipula di sekolah lamanya Athena sering mendapatkan perlakuan seperti itu. Jadi ia sudah kebal dan tidak akan mudah terayu begitu saja.

Athena melirik jam tangannya, waktu masih menunjukkan pukul 06.45 pagi. Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat punggung cowok yang berjalan di depannya. Walaupun hanya melihatnya dari belakang namun Athena sudah bisa menebak bahwa itu adalah Dewa Althaf.

"Wa! Dewa!" panggilnya dan berlari menghampiri cowok itu.

Dewa berbalik karena merasa ada seseorang yang memanggilnya. Dan ternyata orang itu adalah Athena yang berlari menghampirinya sambil tersenyum.

Dewa menghela napas. Lagi-lagi cewek itu.

"Hai," sapa Athena setelah sampai di dekat Dewa. Namun tanpa diduga lantai yang Athena pijak licin bekas pel yang belum kering dan hampir saja jatuh jika saja Dewa tidak dengan cepat menahannya.

Dewa dengan sigap memegang pinggang dan tangan Athena. Keduanya menghela napas lega karena kecelakaan kecil tidak sempat terjadi. Karena kalau sampai terjadi semua orang disana pasti akan tertawa, mengingat bahwa sekolah sudah mulai ramai.

Athena juga sempat deg-degan dan mengelus dadanya. Untung saja ia tidak jatuh. Bisa malu tujuh turunan ia kalau sampai hal itu terjadi.

"Hampir aja," lirih Dewa pelan.

Athena tersenyum mendengar Dewa berucap seperti itu. Ia berdiri dengan tegak menatap Dewa.

"Cemas ya kalau aku sampai jatuh?" goda Athena menaik-turunkan alisnya.

Dewa mendesis. Melepaskan tangannya yang menahan Athena tadi dan sedikit mendorong cewek itu.

"Lho, kok dilepas sih? Ayo pegang lagi. Aku nggak keberatan kok." Athena tersenyum jahil sekaligus menawarkan tangannya lagi untuk di pegang.

"Gila lo," sarkas Dewa kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda.

Athena tertawa melihat raut wajah Dewa karena dirinya, lalu menyusul cowok itu dan berjalan beriringan.

"Wa," panggil Athena. Dewa tidak menanggapi dan terus berjalan.

"Dewa!" panggilnya lagi. Namun Dewa masih diam.

Itu membuat Athena harus menghela napas sabar. Selain memiliki sikap yang dingin, ternyata cowok di sampingnya ini juga memiliki telinga yang dingin dan beku. Sampai-sampai dia tidak mendengar saat Athena memanggilnya. Pagi-pagi kesabarannya sudah benar-benar di uji seperti ini.

"DEWA ALTHAAAFF!!!" teriak Athena emosi. Membuat perhatian orang-orang di koridor langsung tertuju pada mereka berdua.

Dewa sempat kaget dan menutup telinganya mendengar teriakan cempreng Athena yang bahkan tidak tahu pada tempatnya. Sudah seperti suara toa yang menggelegar ke seluruh penjuru sekolah.

"Lo apa-apaan sih?" balas Dewa menatap tajam Athena. Ia menoleh ke sekitar, dimana orang-orang disana masih memperhatikan mereka berdua sembari berbisik-bisik.

DESTINY [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang