"Serius lo minum obat sebanyak itu, Na?"
Athena melirik Irene yang barusan bertanya. Gadis itu meminum obat yang lebih dari lima butir dengan ukuran berbeda-beda. Membuat Irene dan Naomi benar-benar tercengang melihatnya.
"Katanya lo udah sehat, Na. Kalo masih sakit gak usah maksain buat sekolah deh," ujar Naomi.
"Gue udah sehat kok. Cuma kata Dokternya, obat ini harus tetap di minum sampe habis," kata Athena meminum obatnya dalam satu kali hap. Untung dia bawa air minum dari rumah. Jadi tidak perlu ke kantin dulu beli air. Mengingat hari ini Athena membawa bekal.
"Ini bukan cuma obat, tapi juga vitamin supaya daya tahan tubuh tuh kuat," kata Athena lagi. Ia membereskan obat-obatnya dan menyimpannya kembali di tas.
"Jadi ke kantin?" tanya Athena pada Irene dan Naomi.
"Lo udah makan duluan," ujar Irene.
"Gak apa-apa. Gue temenin. Yuk." Athena menarik tangan keduanya keluar dari kelas, berjalan menuju kantin.
Mereka berjalan menuju meja tempat biasa mereka makan akhir-akhir ini. Tidak peduli dengan orang-orang yang selalu berbisik-bisik mengenai mereka.
"Hai, tumben lama," sapa Galih saat ketiga cewek itu baru menduduki bangku yang kosong.
"Hai!" sapa Athena girang seperti biasa setelah duduk di sebelah Dewa. Cowok itu tidak bereaksi lebih. Hanya anggukan saja itupun tidak terlalu jelas terlihat.
"Nemenin Athena makan dulu terus minum obat di kelas," jawab Irene yang duduk di sebelah Galih. Sedangkan Naomi sudah duduk di sebelah Ben atas paksaan cowok itu yang dengan seenak jidatnya menarik Naomi.
Lantas jawaban Irene membuat ketiga cowok itu dengan serentak menoleh pada Athena.
"Lo masih sakit, Na?" tanya Ben.
"Kalo masih sakit gak usah maksain sekolah, Na. Mendingan istirahat aja di rumah," ujar Galih.
Athena menatap satu persatu teman-temannya yang begitu cemas padanya. Athena lalu tersenyum.
"Gue udah sehat. Tenang aja," ujar Athena. "Gue minum obat itu suruhan Dokter. Katanya walaupun udah sehat tetap habisin dosis obat yang tersisa. Juga ada vitamin buat daya tahan tubuh."
"Beneran?"
Athena mengangguk mantap lalu tersenyum lebar. "Gak usah khawatir, oke?"
Mereka menghela napas. Seenggaknya Athena jujur pada mereka.
"Na, mau makan lagi gak? Gue pesenin," kata Naomi yang sudah berdiri.
Athena menggeleng. "Udah kenyang."
"Yakin? Biasanya makan lo banyak," ujar Irene terkekeh.
Athena berdecak. Tiba-tiba ia menginginkan sesuatu. "Ya udah, boleh deh. Gue nitip yogurt satu."
"Cuma itu?"
Athena mengangguk. Naomi dan Irene segera pergi memesan makanan mereka dan membeli yogurt untuk Athena.
"Oh ya, kalian masih ingat kan undangan yang gue kasih?" tanya Athena setelah Irena dan Naomi kembali.
"Ingat. Undangan pernikahan Bang Arvin kan?" tanya Naomi.
"Kalo gak salah satu minggu lagi 'kan ya?" tanya Ben.
"Emang kenapa, Na?"
Athena menggeleng sambil menyesap yogurtnya. "Gue khawatir aja kalian lupa. Cuma mau ingetin."
Athena beralih pada Dewa yang sudah menyelesaikan makannya. "Kamu datang 'kan, Wa?"
Dewa menoleh. "Gak tau."
![](https://img.wattpad.com/cover/229239070-288-k802179.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [ END ]
Fiksi Remaja"Aku tidak pernah menyalahkan rindu, sebab rindu hadir karena adanya KENANGAN." ~ Dewa Althaf ~ "Aku juga tidak pernah menyalahkan pertemuan, meskipun akhirnya adalah PERPISAHAN." ~ Athena Wiatama Husein~ >>>> Dewa Althaf. Satu nama yang di pandang...