DESTINY-12

2.8K 249 1
                                        

"Hai, Na!"

Langkah Athena terhenti mendengar seseorang menyapanya. Bukan hanya Athena, malah Irene dan Naomi juga menghentikan langkah mereka yang berjalan menuju gerbang sekolah dan menoleh pada sosok yang barusan menyapa teman mereka.

"Eh, Kak Abi. Hai," balas Athena tersenyum.

Abi tersenyum mendengar Athena membalas sapaannya.

"Lo mau pulang?" tanya Abi.

"Iya. Kenapa?"

"Bareng siapa?"

"Nih, bareng temen-temen." Athena menunjuk Irene dan Naomi yang tersenyum ramah padanya.

Abi manggut-manggut. "Gak sama pacar?" canda Abi terkekeh.

Athena tertawa karenanya. "Enggak lah. Gue gak punya pacar kali," ujar Athena.

"Kirain kan?"

Athena tersenyum.

"Lo sendiri gak pulang, Kak? Mau nginep?" tanya Athena.

"Bentar lagi sih. Lagi nunggu temen. Dia lagi ada rapat ekskul."

"Cieee... Temen apa temeenn..." goda Athena tertawa.

"Temen lah. Lo pikir gue bakal pacaran sama cowok?"

"Lah? Cowok toh? Kirain cewek."

Abi tertawa. "Bisa aja lo."

Abi lalu mengacak puncak kepala Athena gemas. Membuat gadis itu sedikit mendengus karena Abi sudah membuat rambutnya berantakan.

"Iihhh, rambut gue kan jadi berantakan!" Athena merengut kesal.

Sedangkan Abi malah semakin tertawa. Wajah Athena begitu lucu dan menggemaskan saat sedang kesal.

"Abi!"

Abi menoleh pada temannya yang barusan memanggilnya sembari berjalan keluar gedung sekolah. Melambaikan tangannya menyuruh Abi mendekat.

"Ya udah, kalo gitu gue duluan," kata Abi.

Athena mengangguk. Abi berbalik menghampiri temannya.

"Gimana?" tanya Abi setelah berhenti di dekat Vano.

"Udah selesai," ujar Vano. Lalu matanya melihat tiga orang cewek yang barusan di hampiri oleh Abi. Dan matanya langsung tertuju pada gadis berambut coklat panjang disana, Athena.

"Dia siapa?" tanya Vano menunjuk Athena dengan dagunya.

Abi menoleh lalu tersenyum saat melihat Athena kembali berjalan bersama kedua temannya.

"Athena," jawab Abi.

"Murid baru? Kelas berapa?"

Abi mengangguk. "Kelas 11."

Vano manggut-manggut. Lalu merangkul Abi. "Cantik juga," pujinya membuat Abi langsung menoleh. Ia kemudian tersenyum, setuju dengan pujian yang barusan di katakan Vano.

"Bener. Dia cantik," gumam Abi tersenyum.

Vano melirik jam tangannya kemudian menepuk pundak Abi. "Yuk! Ntar kita di omelin kalo sampe telat," ujar Vano berjalan menuju motornya di parkiran.

Sejenak Abi menghela napas. Kembali pada sebuah kenyataan dengan nasib yang terkadang ia keluhkan. Hidupnya dengan Vano hampir mirip, hidup dalam tuntunan orang tua. Setiap gerak-gerik mereka selalu di awasi. Seperti sekarang misalnya, sepulang sekolah mereka berdua harus pergi les. Salah satu tuntunan yang di berikan orang tua mereka. Jika mereka tidak melakukannya, maka mereka semakin tidak mendapatkan kebebasan. Benar-benar di bawah kendali orang tua.

DESTINY [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang