DESTINY-36

2.1K 213 2
                                    

Pagi ini Dewa berangkat sekolah seperti biasa. Tidak ada yang berbeda, kecuali mungkin suasana hatinya yang saat ini tidak bisa ia utarakan dengan kata-kata. Rasanya ia ingin cepat-cepat sampai ke sekolah dan bertemu dengan Athena. Gadis cerewet yang selalu mengganggunya. Namun tidak bisa di tolak bahwa perlahan Dewa menyukai Athena yang selalu berisik di dekatnya.

Dewa berjalan masuk kedalam kelas dan duduk di kursinya. Menoleh pada kursi di sebelahnya yang masih kosong. Bahwa Athena belum datang ke sekolah.

Dewa melirik jam tangannya. Sudah jam 07.00 namun Athena belum datang. Dewa mengernyit. Biasanya Athena datang lima belas menit sebelum jam tujuh. Tidak biasanya ia datang terlambat seperti ini.

Dewa memperhatikan gelang dan cincin yang diberikan Athena padanya. Senyuman di wajahnya tidak bisa ia tahan saat mengingat dimana Athena memberikan gelang dan cincin tersebut padanya.

"Jika masing-masing dari kita masih menyimpan gelang dan cincin ini, maka sampai kapanpun kita akan selalu menjadi sahabat."

Kata-kata Athena waktu itu kembali terlintas di kepalanya. Semakin membuat senyuman di wajah Dewa mengembang. Bersama Athena, entah untuk keberapa kalinya ia selalu tersenyum dan tertawa. Bersama Athena, Dewa bisa kembali merasakan hal yang dulu sempat hilang darinya. Kehangatan dan juga kenyamanan. Hidupnya sudah tidak monoton lagi. Perlahan warna di hidupnya mulai terlihat dengan jelas.

"Pagi, Dewa!" sapa Irene dan Naomi yang baru saja masuk kelas. Keduanya juga sudah mulai akrab dengan Dewa. Itu juga berkat Athena yang selalu menasehati mereka bahwa berteman tidak harus memandang siapa orang itu dan apa yang di katakan orang-orang tentangnya.

Berteman adalah hal dimana kita saling mengerti satu sama lain. Tidak peduli apa kata orang, yang merasakannya adalah kita, yang menjalaninya juga kita. Jadi, untuk apa mendengarkan orang yang pada akhirnya hanya bisa ngomong jelek di belakang.

Buktikan dulu sebelum bertindak. Itulah prinsip Athena.

Dewa tersenyum tipis pada Irene dan Naomi.

"Loh, Athena belum datang, Wa?" tanya Naomi. Biasanya gadis itu sudah duduk manis di kursi sembari menunggu Dewa.

"Kayaknya belum," jawab Dewa.

"Tumben. Biasanya dia datang yang paling pagi. Sambil nunggu lo, Wa," ujar Irene.

Dewa mengedikkan bahunya. Ia juga tidak tahu kenapa Athena kali ini terlambat.

///////

"Guys! Gue dapet info!" seru Irene yang baru datang dan menghampiri Dewa, Ben dan Naomi yang berada di kantin.

"Info apaan?" tanya Ben seraya mengunyah makanannya.

"Tadi setelah gue dari toilet gue liat bokapnya Athena baru keluar dari ruang kepala sekolah."

"Bokapnya Athena? Maksud lo Om Husein?" tanya Naomi memastikan.

"Iya. Bokapnya pake baju tentara gitu. Tau sendiri kan bokapnya Athena TNI."

"Terus?" tanya Ben.

"Karena penasaran gue tanya aja kenapa Athena gak sekolah hari ini. Telfon kita juga gak di angkat. Ternyata Athena sakit dan sekarang ada di rumah sakit," ujar Irene menjelaskan.

Sontak ketiganya menatap Irene melotot.

"Athena sakit?" ulang Dewa.

Irene mengangguk. "Iya. Itu kata bokapnya."

"Ya udah, ntar pulang sekolah kita langsung ke rumah sakit aja. Kita jenguk Athena dan liat keadaannya," usul Naomi yang diangguki setuju oleh mereka. Kecuali Dewa yang diam dengan pikirannya sendiri.

DESTINY [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang