DESTINY-19

2.4K 242 1
                                        

"Dewa?"

"Dewa! Hei!"

Dewa tersentak. Ia menoleh mendapati Yaya, salah satu orang yang juga bekerja di restoran yang sama dengannya tengah menatapnya heran.

"Hah? Ke-kenapa, Ya? Ada apa?" tanya Dewa.

Yaya mengerutkan keningnya. "Seharusnya gue yang nanya. Lo ngelamun? Daritadi gue liat lo lagi mikirin sesuatu. Ada apa?"

Dewa menggeleng.

"Ini pesanan yang mau di antar?" tanya Dewa menunjuk kantong plastik berisi makanan di sana.

"Iya, dan ini alamatnya." Yaya memberikan notes berisi alamat pelanggan di sana.

"Kalo gitu gue anterin dulu." Dewa mengambil kantong tersebut dan keluar dari restoran. Naik ke atas motor matic dan melajukannya pergi.

Tak lama Dewa sampai di sebuah rumah yang berada di perumahan mewah. Dewa turun dari motornya setelah mengambil pesanan pelanggannya di box yang terdapat di jok belakang motornya.

Dewa membuka kaca helmnya, memperhatikan rumah di depannya. Rumah mewah dengan halaman luas dan tanaman yang menyegarkan mata. Dewa merasa pernah melihat rumah itu. Tapi dimana? Ia tidak begitu ingat.

Dewa berjalan ke arah pagar. Memencet bel di dekat pagar tersebut.

"Sebentar!!" seruan dari dalam rumah terdengar.

Ceklek

Pintu terbuka. Menampakan sosok perempuan cantik yang hanya memakai celana hotpants dan baju kaos kebesaran hingga sampai ke pinggulnya. Rambutnya ia gulung asal namun masih terlihat cantik. Tak lupa sebuah ponsel melekat di telinga perempuan itu. Tampaknya sedang menelfon.

Perempuan itu berjalan ke arah pagar dan membukanya.

"Maaf mengganggu. Saya mengantarkan pesanan atas nama Mbak Mega?" ujar Dewa. "Benar ini alamatnya?"

Perempuan itu melonggarkan ponselnya dari telinga lalu mengangguk.

"Iya, saya Mega. Ini pesanan saya?" tanya Mega menunjuk kantong yang di pegang Dewa.

"Iya, ini pesanannya."

Mega mengambil kantong tersebut dan memeriksa isinya.

"Benar. Ini pesanan saya. Tunggu sebentar ya, Mas, saya ambil uang dulu di dalem," kata Mega.

Dewa mengangguk. Berdiri menunggu cewek itu kembali dan membayar pesanannya.

Mega berjalan masuk dan menghampiri Athena yang saat ini berada di ruang tengah, sedang sibuk membuat tugas sekolahnya.

"Nanaaa!!" Mega mendekat dan duduk di samping Athena.

Lantas Athena langsung menutup hidungnya saat aroma sup daging tercium di indra penciumannya.

"Ga, apaan sih! Jauh-jauh, ah!" ujar Athena menjauh dari Mega.

Mega hanya memperlihatkan cengirannya.

"Itu apa sih? Kok bau daging sapi gini?!" ujar Athena menggosok hidungnya yang perlahan memerah.

Athena memang alergi sama daging sapi. Ia tidak akan kuat dan hidungnya akan memerah lalu bersin-bersin hanya dengan mencium aromanya. Baru aromanya saja Athena sudah kalang kabut. Apalagi merasakannya? Sudah pasti Athena tepar.

"Iyalah bau daging sapi. Kan gue bawa ini!" ujar Mega memperlihatkan kantong plastik di tangannya.

"Kenapa lo pesen gituan sih?!" kesal Athena.

"Gue lagi pengen makan sup daging, Na!"

"Udah sana ke dapur! Jangan deket-deket makannya!"

"Iya! Iya!" Mega berdiri hendak pergi. Namun ia langsung duduk dan kembali mendekat pada Athena.

"ALLAHUAKBAR! Apalagi siiihhh!" kesal Athena. Lama-lama ia tabok juga nih anak.

"Na, gue boleh minta tolong gak?"

"Apaan?!"

"Tolong bayarin pesanan gue ya? Soalnya gue gak punya uang cash. Gue cuma punya kartu kredit. Ya? Pleaseeee ...."

"IYA! IYA! IYA! Udah sana pergi!"

"Beneran, Na?" Mega semakin mendekat. Hanya untuk memastikan.

"IYAAA!! Udah sana pergiiii!!"

"OKE! Makasih cintakuuu!!" Mega mencolek dagu Athena lalu beranjak ke dapur dengan senang riang gembira.

Athena mendengus, mengusap hidungnya yang masih merah. Ia lalu beranjak keluar.

"Artis tapi gak punya duit," cerocos Athena sebal.

Athena membuka pagar rumahnya dan melihat seorang cowok yang mengenakan pakaian sebuah restoran berdiri membelakanginya. Entah kenapa dari belakang seperti ini Athena jadi teringat dengan sosok Dewa. Dia lagi apa ya sekarang?

"Mas?"

Dewa tersentak mendengar suara yang begitu familiar di telinganya. Ini mirip seperti suara gadis yang selalu mengusiknya di sekolah.

"Saya mau bayar pesenan temen saya. Berapa?"

Dewa semakin yakin bahwa seseorang yang berada di belakangnya saat ini adalah Athena. Ia sangat yakin. Dewa tidak akan lupa suara cempreng Athena yang setiap hari selalu mengganggunya di sekolah.

Dewa lantas menurunkan kaca helmnya. Untung saja kaca helmnya berwarna hitam. Jadi ia bisa membuat Athena tidak mengenalinya untuk sementara waktu.

Dewa berbalik dan dugaannya benar. Bahwa suara itu adalah milik Athena. Dewa tidak salah.

Dewa menatap Athena yang saat ini sedang membuka dompetnya. Mencari lembaran uang. Sore ini gadis itu mengenakan celana jins panjang dan juga sweater berwarna pink bergaris putih. Rambut yang biasa ia gerai waktu di sekolah saat ini ia kuncir satu dengan poni di pinggir wajahnya. Tampak manis dan lebih dewasa. Di tambah dengan sepasang anting berwarna silver berukuran kecil di telinganya. Dewa baru sadar ternyata Athena memakai perhiasan seperti anting.

"Berapa, Mas?" tanya Athena tanpa menoleh pada Dewa. Tangannya masih bergerak di dompetnya.

Dewa tersadar. Kemudian berdehem pelan sebelum menjawab, "30 ribu, Mbak."

Seketika Athena terdiam. Suaranya sangat mirip dengan Dewa.

Ah, mungkin hanya khayalannya saja. Mungkin karena ia terlalu banyak memikirkan Dewa akhir-akhir ini. Jadinya semua orang ia anggap sebagai Dewa.

Athena mengeluarkan uang bernilai 50 ribu dan memberikannya. "Kembaliannya ambil aja, Mas," kata Athena tak lupa tersenyum.

"Te... terima kasih, Mbak."

"Sama-sama. Semangat ya, Mas, kerjanya. Hidup di dunia ini emang keras. Kalau bukan kita sendiri yang berusaha siapa lagi. Iya, kan?"

Dewa hanya bisa mengangguk. Kemudian berbalik pergi menaikip motornya. Rasanya ia ingin cepat-cepat pergi dari rumah itu secepatnya. Apalagi ia baru tahu bahwa rumah tersebut adalah rumah Athena.

Dewa langsung menghidupkan mesin motornya dan melaju pergi. Tidak bisa di bendung lagi detak jantungnya saat ini. Entah kenapa ia seperti orang ketakutan. Seperti takut bahwa dirinya akan terbongkar sudah melakukan kejahatan. Tapi Dewa sama sekali tidak melakukan kejahatan apapun.

Ada apa dengannya?

///////

~I hope you like this my Story~

See you next Chapter^^

Salam,

RatihRahma

DESTINY [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang