DESTINY-33

2.1K 203 0
                                    

Perlahan matahari terbit menampakkan sinarnya. Menggantikan bulan yang sudah melakukan tugasnya semalaman. Athena membuka matanya dan menggeliat pelan. Ia melihat jam di ponselnya yang sudah menunjukkan pukul enam pagi.

Athena memakai jaketnya dan keluar dari tenda. Membiarkan Naomi dan Irene yang masih bergelut dalam mimpi mereka. Setelah memakai sepatunya, Athena berjalan keluar dari area perkemahan. Ia akan berjalan-jalan untuk menikmati suasana pagi hari di puncak.

Saat itu Dewa juga baru keluar dari tendanya dan melihat Athena yang berjalan menjauhi tenda. Perlahan ia mengikuti Athena karena penasaran apa yang akan di lakukan oleh gadis itu pagi-pagi begini.

Athena melangkahkan kakinya di sekitar bukit. Menghirup udara pagi hari yang menyegarkan. Mengisi paru-parunya dengan udara segar yang jarang ia dapatkan saat di Jakarta.

"Hah! Udara pagi emang pas buat kesehatan," ucap Athena.

Kepalanya berputar ke kanan dan ke kiri hanya untuk merekam pemandangan di kepalanya. Momen seperti ini sangat langka. Dan ia akan memanfaatkan suasana ini untuk menghabiskan waktu sebelum ia kembali ke tenda.

Athena berjalan hendak ke sebuah sungai kecil yang mengalir jernih disana. Tampak begitu segar dan pastinya dingin. Athena melompati satu persatu batu disana. Tanpa sengaja kakinya menginjak batu yang licin. Athena terhuyung ke depan hendak jatuh ke dalam air.

"Wowowoo! AAAAA!!" teriak Athena tidak bisa lagi menahan keseimbangannya. Ia menutup mata dan pasrah saat nanti ia basah dan menggigil karena kedinginan.

Tiba-tiba dari belakang seseorang dengan sigap menahan tubuh Athena supaya tidak jatuh kedalam air. Athena refleks membuka matanya saat merasakan sepasang tangan kekar melingkar di perutnya. Ia menoleh dan seketika kaget karena orang tersebut adalah Dewa. Wajah cowok itu begitu dekat dengannya. Membuat jantung Athena seketika berdebar saat matanya bertemu dengan mata Dewa.

Waktu seolah terhenti. Athena benar-benar terhipnotis menatap wajah Dewa yang begitu dekat dengannya. Di lihat dari jarak sedekat ini membuat Athena bisa melihat pahatan Tuhan yang begitu sempurna. Alis tebal, hidung mancung, mata tajam, bibir yang seksi, serta rahang yang kokoh. Begitu sempurna.

"Lo gak apa-apa?"

Athena langsung tersadar dari khayalannya mengenai Dewa. Bagaimana bisa ia berpikiran aneh seperti itu? Bisa-bisa Dewa ilfil padanya dan malah menjauh darinya karena berpikiran aneh-aneh.

Athena berdiri dibantu oleh Dewa. Tangan cowok itu masih bertengger di pinggang Athena. Membuat Athena seketika menurunkan tangan Dewa di pinggangnya.

"I–iya, aku gak apa-apa. Terimakasih, Wa," ucap Athena salah tingkah. Hangat tangan Dewa masih terasa di pinggangnya.

Dewa pun juga sama saltingnya. Ia menggaruk tengkuknya gugup. Jantungnya juga berdebar kencang saat tatapannya lagi-lagi bertemu pandang dengan Athena. Apalagi di tambah dengan jarak wajah mereka yang begitu dekat.

"Lo ngapain pagi-pagi disini?" tanya Dewa setelah terdiam beberapa lama demi menetralkan kembali degupan jantung masing-masing.

"Pengen jalan-jalan aja," jawab Athena. "Kamu sendiri ngapain disini? Ngikutin aku ya?"

Dewa diam. Matanya menelusuri sekitar demi mencari alasan yang pas. Jangan sampai Athena sadar bahwa sejak tadi ia mengikuti gadis itu. Bisa-bisa hancur image Dewa untuk keberapa kalinya di depan Athena.

"Gue juga lagi jalan-jalan sambil liat-liat apa ada hal yang menarik pagi ini atau enggak," ujar Dewa setelah menemukan alasannya.

"Masa sih?" goda Athena tersenyum.

DESTINY [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang