Athena sedang duduk di sebuah pohon kayu tumbang dengan pandangan lurus ke sebuah pemandangan di depannya. Athena mengarahkan kameranya dan memotret pemandangan yang begitu indah. Di tambah langit berwarna jingga yang menandakan bahwa sebentar lagi akan berganti malam.
Athena tersenyum melihat hasil jepretannya. Ia kembali mendongak, melihat burung-burung yang berterbangan di langit. Athena kembali mengarahkan kameranya dan memotret burung-burung tersebut.
Jepret!
Dapat! Ia mendapatkan hasil yang bagus.
"Ngapain disini?"
Athena menoleh ke belakangnya. Dimana Dewa berjalan ke arahnya. Athena tersenyum, menepuk batang pohon di sebelahnya supaya Dewa duduk disana. Dewa menurut dan mendudukkan dirinya di sebelah Athena.
Gadis itu mengarahkan kameranya pada Dewa. Memperlihatkan hasil jepretannya pada cowok itu.
"Bagus, kan?" tanyanya.
Dewa melirik Athena yang tampak senang. Dewa melihat semua gambar yang di ambil Athena di kameranya. Mengangguk setuju.
"Bagus," jawab Dewa jujur.
Athena semakin tersenyum. Ia kembali memotret pemandangan di sekitarnya. Dewa hanya diam memperhatikan Athena yang tampak begitu semangat mengambil gambar. Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat membuat lengkungan senyum.
Saat bersama Athena, tanpa sadar tubuh Dewa akan bereaksi seperti ini. Entah apa artinya namun Dewa merasa nyaman saat di dekat Athena.
Jepret!
Dewa tersadar saat Athena dengan tiba-tiba memotret wajahnya. Lantas Dewa melotot namun Athena malah tertawa.
"Wah! Aku dapet gambar yang bagus!" ujar Athena melirik Dewa dengan senyum jahilnya. Ia kembali mengarahkan kameranya untuk memotret wajah Dewa.
"Lagiiii!" seru Athena.
"Apaan sih, Na! Gue ambil ntar kamera lo!" ancam Dewa menyembunyikan wajahnya supaya Athena tidak bisa mengambil gambarnya lagi.
Athena mendengus. Tidak lagi berusaha mengambil gambar Dewa.
"Bagus tau! Kamu tuh ganteng, Dewa. Seharusnya di abadikan dong!" ujar Athena.
Dewa diam. Tidak menanggapi.
"Kamu nggak suka di foto, ya?" tanya Athena.
"Iya, kalau lo yang foto!" sarkas Dewa.
Athena mendelik. Mematikan kameranya dan mengalungkannya di leher. Keduanya terdiam menatap pemandangan di depan mereka. Langit perlahan berubah warna gelap. Namun tidak ada niat bagi mereka untuk bangkit dan pergi dari sana.
"Lo... nggak nanya siapa cewek tadi?" tanya Dewa membuka obrolan setelah lama mereka terdiam.
"Cewek yang mana?" tanya Athena mengerutkan keningnya bingung. Ia benar-benar tidak ingat.
"Aahh... maksud kamu cewek yang berdiri di depan kita sebelum berangkat itu? Yang cantik terus rambutnya panjang?" tanya Athena mengingat cewek mana yang di maksud oleh Dewa.
Dewa menjawabnya dengan deheman.
Athena tersenyum. "Aku nggak maksa kamu buat cerita sama aku mengenai cewek itu. Siapa dia dan apa hubungannya sama kamu. Kalau kamu pengen cerita aku akan dengerin. Lagian... nggak semuanya orang lain perlu tau, kan?" ujar Athena meniru kata-kata Dewa waktu itu.
Dewa tersenyum tipis sembari mengangguk. Ia juga hanya penasaran kenapa Athena tidak bertanya apa-apa padanya. Padahal jelas Athena melihat Selina waktu itu. Namun gadis itu memilih diam demi menghargai Dewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [ END ]
Ficção Adolescente"Aku tidak pernah menyalahkan rindu, sebab rindu hadir karena adanya KENANGAN." ~ Dewa Althaf ~ "Aku juga tidak pernah menyalahkan pertemuan, meskipun akhirnya adalah PERPISAHAN." ~ Athena Wiatama Husein~ >>>> Dewa Althaf. Satu nama yang di pandang...