"Dewa!"
Panggilan dari belakang tubuhnya membuat Dewa berhenti menggerakkan tangannya yang memegang handel pintu, hendak membukanya. Dewa berbalik melihat siapa yang barusan memanggilnya. Karena hari yang sudah gelap, Dewa tidak bisa melihat sosok tersebut.
Melihat gestur Dewa yang kebingungan, perlahan sosok tersebut mendekat sehingga Dewa bisa melihatnya lebih jelas.
"Mega?" Dewa menunjuk ke arah perempuan yang berdiri berhadapan dengannya saat ini.
"Hai, Wa. Kita ketemu lagi. Sori, gue malem-malem gini datang ke tempat lo," ujar Mega.
"Darimana lo tau kontrakan gue?" tanya Dewa penasaran.
"Gue yang kasih tau, Wa."
Dewa menoleh ke arah Ben yang barusan menjawab. Cowok itu tidak sendirian, melainkan bersama Naomi. Dewa jadi ingat, akhir-akhir ini kedua orang itu selalu terlihat bersama. Apa mereka sudah jadian?
Ah, Dewa tidak ada hak untuk mengetahui itu. Sekarang kan ia sudah bukan sahabat mereka lagi. Sekarang Dewa hanya sendiri. Kembali berteman dengan sepi.
"Gue tau lo marah karena gue udah kasih tau dimana lo tinggal. Tapi gue juga nggak bisa nolak saat Mega jelasin semuanya sama gue dan Naomi. Lo harus tau, Wa. Ini penting. Tentang Athena," ujar Ben.
"Gue udah nggak ada hubungan apapun lagi sama Athena. Jadi nggak usah kasih tau gue tentang dia," ujar Dewa datar membuat ketiganya tersentak.
Dewa berbalik. Ben yang sudah geram dengan sifat keras kepala Dewa lantas mencekal lengan cowok itu kasar. "Lo kenapa sih, Wa? Ini informasi tentang Athena tapi lo bersikap seolah nggak mau tau?"
"Gue emang nggak mau tau apapun yang berhubungan dengan Athena!" balas Dewa.
"Cuma karena masalah sepele lo jadi berubah gini?"
"Masalah sepele lo bilang?" Dewa dengan kasar mendorong Ben sampai cowok itu mundur ke belakang. "DIA UDAH BUAT GUE KECEWA BEN! SELAMA INI DIA NGGAK PERNAH TULUS TEMANAN SAMA GUE! DIA DEKETIN GUE CUMA KASIAN SAMA ANAK BUANGAN KAYA GUE!! PAHAM LO!!?"
Mereka semua terdiam. Terkejut melihat Dewa yang benar-benar marah. Dan jujur nyali Ben sempat menciut melihat Dewa—sahabatnya— yang benar-benar emosi seperti saat ini.
"Mendingan lo semua pergi," ujar Dewa seraya berbalik badan. Baru beberapa langkah tiba-tiba ia berhenti ketika mendengar perkataan Mega.
"Athena sakit, Wa! Dan hidupnya nggak akan lama lagi!"
Dewa tersentak. Suasana di sekitarnya seolah berhenti dan tanpa sadar Dewa sempat menahan napas. Dewa sudah mengetahui kalau Athena sakit, tapi bukan itu yang membuatnya bungkam seperti ini. Melainkan enam kata terakhir yang langsung menusuknya dengan keras.
Mega mendekati Dewa yang masih berdiri membelakanginya. Perempuan itu berdiri tepat di hadapan Dewa yang menatap lurus ke arah pintu kontrakannya.
"Athena sakit, Wa," ulang Mega. "Dia nggak akan bertahan lebih lama lagi."
"Kalau Athena yang—"
"Gue kesini bukan Athena yang nyuruh," potong Mega cepat sebelum Dewa menyelesaikan kata-katanya. "Melainkan inisiatif gue sendiri karena gue berpikir lo berhak untuk tau."
"Lo tau, sejak pertengkaran kalian itu, kesehatan Athena semakin menurun. Dia selalu mikirin lo, Wa. "Sedang apa Dewa? Dimana Dewa? Apa Dewa udah makan atau belum? Apa Dewa istirahat dengan nyaman atau enggak? Apa Dewa masih lembur kerja?" Semuanya, Wa. Athena mikirin itu semua karena dia khawatir sama lo!" Mega mendorong dada Dewa dengan telunjuknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [ END ]
Fiksi Remaja"Aku tidak pernah menyalahkan rindu, sebab rindu hadir karena adanya KENANGAN." ~ Dewa Althaf ~ "Aku juga tidak pernah menyalahkan pertemuan, meskipun akhirnya adalah PERPISAHAN." ~ Athena Wiatama Husein~ >>>> Dewa Althaf. Satu nama yang di pandang...