Athena duduk di kasur di ruangan seorang Dokter yang merawatnya. Menatap pada kedua orang tuanya yang duduk berhadapan dengan Dokter tersebut.
"Jadi, bagaimana, Dok?" tanya Husein memulai setelah mereka terdiam sampai membuat ruangan tersebut hening dan yang terdengar hanya dentingan jarum jam di setiap detiknya.
Dokter tersebut meletakkan kertas yang di pegangnya di meja. Menatap Hana dan Husein bergantian dengan mimik wajah yang susah di tebak. Lalu matanya melirik Athena yang juga menatapnya seolah menunggu dengan sebuah harapan.
Dokter tersebut memperbaiki letak kacamatanya lalu menarik kedua sudut bibirnya. "Selamat, pasien sudah bersih dari kanker yang di deritanya."
Athena membeku di tempatnya. Tanpa sadar air matanya luruh dengan jantung berdegup kencang. Akhirnya... akhirnya do'a yang selama ini ia panjatkan terkabul. Harapan besar yang sangat ia inginkan akhirnya dikabulkan oleh Tuhan.
Athena tidak bisa lagi berkata-kata selain mengucapkan kalimat syukur kepada sang pencipta.
Husein menunduk, menangis haru. Hana langsung berdiri mendekati Athena. Memeluk putrinya dengan kalimat syukur yang tidak ada hentinya. Mereka menangis dalam ruangan itu.
Ini semua juga tidak lepas dari usaha Athena sendiri. Karena keinginan untuknya sembuh begitu besar dan juga orang-orang di sekitarnya yang selalu memberikan support dan semangat untuknya. Hasilnya semua perjuangan mereka terbayarkan. Athena sembuh dan sudah di nyatakan bersih dari kanker yang bahkan sudah di deritanya selama hampir lima tahun ini.
Sungguh keajaiban.
"Terima kasih, Dokter. Terima kasih," ujar Husein masih dengan air matanya yang berjatuhan.
"Sama-sama, Pak. Ini semua adalah keajaiban dari sang Pencipta. Saya hanya seorang perantara untuk membantu Athena."
Husein mengangguk. Selanjutnya dia berdiri. Ikut memeluk anak dan istrinya yang masih menangis haru.
Sedangkan di depan kamar rawat Athena, sudah ada keluarga besar Athena yang jauh-jauh datang demi menjenguk keadaan Athena. Teman-teman Athena juga ikut datang dengan tujuan yang sama. Mereka semua saling mengobrol ringan dan juga berdo'a semoga Athena baik-baik saja.
Pandangan mereka beralih pada Athena yang duduk di kursi rodanya dengan di dorong oleh Hana dan Husein yang berjalan beriringan.
"Kakek." Athena lebih dulu menyapa sang Kakek yang langsung mendekat padanya di bantu oleh Avran.
"Husein, Hana, bagaimana hasilnya?" tanya Wisnu pada anak dan menantunya.
Mereka tersenyum membuat orang-orang disana semakin penasaran.
"Ayah, apa kata Dokter?" tanya Arvin yang was-was sejak tadi.
Husein memeluk Arvin lalu menepuk pundak tegap putra keduanya itu. "Athena sudah bersih, Nak. Adik kamu sudah sembuh," kata Husein yang lagi-lagi meneteskan air matanya.
Arvin menatap Athena dengan tatapan terkejut. "Benarkah?" lirihnya pada sang adik yang di jawab anggukan oleh Athena.
Arvin langsung memeluk Athena. Tidak peduli jika dia menangis di depan banyak orang. Bukan hanya Arvin, Avran juga memeluk Athena dan menangis. Semua yang disana juga ikut menangis seraya mengucapkan syukur yang tidak ada hentinya. Bergantian satu persatu keluarga Athena dan teman-temannya memeluknya. Mengucapkan selamat pada gadis itu.
Sampai pada giliran Dewa, cowok itu menatap Athena lama. Tanpa pikir panjang Dewa langsung memeluk Athena erat. Sampai menimbulkan suara gaduh dan godaan dari teman-teman dan keluarganya yang melihat mereka berdua. Athena tidak peduli. Ia malah membalas pelukan Dewa lebih erat sembari memejamkan mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [ END ]
Ficção Adolescente"Aku tidak pernah menyalahkan rindu, sebab rindu hadir karena adanya KENANGAN." ~ Dewa Althaf ~ "Aku juga tidak pernah menyalahkan pertemuan, meskipun akhirnya adalah PERPISAHAN." ~ Athena Wiatama Husein~ >>>> Dewa Althaf. Satu nama yang di pandang...