Va kamu tidak sadar kalau Igo sedang meredam cemburu.

1.3K 63 0
                                    

Mendung tak juga berlalu dari langit, matahari rasanya enggan untuk beradu dengan gumpalan air yang mengawan, atau ia hari ini mengalah saja demi bunga dan rerumputan yang sudah tidak lagi bergoyang? Yang pasti di bawah temaram langit anak manusia tengah berseteru dengan kegalauan hati mereka sendiri. Cinta yang begitu erat mereka genggam, justru mereka sendiri yang merusaknya.

Ruben menutup bibir Vanya yang tak henti tertawa.

Vanya menoleh. Mereka beradu tatap. Ia pun tersenyum.

Jangan salahkan Ruben, dia tidak tahu pasti kalau Vanya sudah ada yang punya. Jangan salahkan Vanya juga karena Igo lebih memilih persahabatannya. Dan bagi Vanya, Ruben adalah persahabatannya.

Vanya tidak sadar kalau saat itu juga Igo jalan berlawanan arah dengan mereka dan memperhatikan dia dengan tatapan cemburu yang membara. Hanya Alfa yang menangkap dan bisa mengartikan arti tatapan Igo. Keduanya pun bertatapan.

Hujan datang.

"Hujan." Vanya menengadahkan tangannya.

"Kamu mulai suka hujan?"

Vanya mengangguk. "Terima kasih Ruben." Senyum tulus terpancar dari mata Vanya. Kau mengajarkan aku bagaimana menikmati hujan dengan tawa. "Kau mengajarkan aku bagaimana menikmati hujan dengan tawa."

"Kamu sudah bisa menikmati hujan?"

"Iya."

Sebuah ide terlintas di benak Vanya. "Apa kalian mau ke rumahku? Kita berenang di bawah hujan. Besok tanggal merah, kita nikmati saja hujan ini. Sesekali bolehlah."

"Kamu baru sembuh Va."

"Anggun, kau seperti Alvaro saja."

"Aku telepon rumah supaya Mbak Rum siapin makanan hangat. Bagaimana?"

"Kau gila Vanya! Kapan lagi! Masa SMA masa-masa menyenangkan bukan?" Sahut Bayu dan Johan bersamaan. "Hei Alfa ini sloganmu, kau setuju kan?"

Alfa mengangguk. "Asal aku dibuatin wedang jahe."

"Beres Al!" Sahut Vanya.

Alfa lagi-lagi diam. Va, kamu tidak sadar kalau Igo sedang meredam cemburu.

"Hacciimm!! Haccimm!!" Mutia bersin. Bayu langsung sibuk. "Maaf."

"Aaah kalian aku jadi rindu Febrio."

Gelak tawa ibarat paduan suara yang menantang derasnya hujan.

Diam-diam Vanya mencuri pandangannya ke Ruben sama halnya dengan Ruben, keduanya saling mengulum senyum malu-malu.

***

Potret PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang