"Baru pulang? Hari ini bukan jadwal les kamu kan?"Alfa hanya diam. Ia langsung membuka sepatu dan masuk kamar.
"Kalau sampai nilai dan rangking kamu turun saya hajar kamu!"
Alfa menarik nafas panjang. Ia merenung.
Semakin hari semakin romusha!
"Boleh Mba masuk Al?"
"Ada apa Mbak?"
"Mba punya minyak buat bahu kamu."
"Terima kasih Mbak."
"Maafin Bapak ya Al."
"Kadang aku berpikir aku bukan anak kandung."
"Kamu harapan Bapak Al. Dia berharap besar sama kamu tapi dia enggak tahu caranya. Kamu yang sabar ya Al. Nanti kalau kamu sukses Bapak pasti bilang terima kasih. Kalau sekarang belum Al. Kamu harus tegar, yah."
Alfa menarik nafas panjang. "Sampai kapan?"
"Sampai saya tahu kamu masih ngerumpi bukannya belajar!!" Tiba-tiba Bapak sudah di pintu kamar Alfa.
Wajah Alfa sendu lagi, ia menarik nafas panjang. Arlin tersentak dan khawatir.
"Arlin keluar." Tampang Bapak gahar sekali. Semakin gahar setelah Arlin keluar kamar. "Ngapain kamu di sekolah sampai Maghrib baru pulang?"
"Basket."
"Enggak berguna! Sama brandal-brandal itu lagi?"
Alfa hanya diam.
"Banci kau!! Main sama perempuan liar!"
"Jangan sebut saya banci lagi Pak!"
"Hei melawan kamu sama orang tua?!"
"Bagaimana saya beneran jadi banci di luar sana? Pake lipstick, gemulai? Mau Pak mau?!! Saya enggak pernah suka Bapak hina saya!! Bapak apaan?!"
Tamparan mendarat dipipi Alfa. "Kurangajar kamu!" Bapak langsung turun.
"Kamu selalu saja bikin onar!" Ketus Ibu.
Dengan gemetar Mbak Arlin masuk ke kamar Alfa. Alfa justru menepis.
"Tinggalin aku sendiri Mbak."
Mbak Arlin dengan sedih menutup pintu kamar Alfa.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Potret Persahabatan
عاطفيةVanya. Mutia. Anggun. Bayu. Ruben. Alfa. Johan. Potret persahabatan dengan sejuta cerita yang terekam dalam seribu bingkai ekspresi.