Hari ini kelas agama Islam. Itu artinya siswa non muslim harus keluar dua jam ini. Alfa sudah di depan mereka mengobrol dengan Anggun. Johan masih sibuk mengambil beberapa buku yang harus dia kembalikan ke perpustakaan. Vanya mengedipkan mata ke Mutia dan ia membalas centil. Vanya tertawa kecil kemudian Ruben langsung merangkul Vanya ketika jalan sejajar keluar kelas.
"Come on Johan, gurunya sudah datang." Vanya menarik Johan.
Mereka mengambil kursi di pojokan. Alfa sibuk menggambar, Anggun mendengarkan musik lewat ponselnya sambil telengkup, Ruben tenang membaca buku, Johan memilih beberapa buku yang akan dia pinjam, dan Vanya memperhatikan mereka berempat dengan seksama.
"Kau pinjam buku apa?" Tanya Vanya pada Johan yang baru saja meletakkan buku-bukunya di meja. Vanya membaca tiga judul buku yang akan Johan pinjam. "Bacaanmu berat juga. Kau hobi sekali melahap buku. Itu alasannya kau tahu segala apapun yang kami tidak tahu. Apa kau selesai baca ini dalam seminggu? "
"Pasti. Satu buku aku biasanya habis dua hari."
"Kau pinjam buku?" Tanya Alfa.
"Yah. Aku bawa dulu untuk dicatat petugas perpus."
Aku belajar saja rasanya kurang waktu." Celetuk Alfa.
Vanya tersenyum. "Kalau kata Rangga jangan berisik di perpustakaan."
"Lihat gambarku." Alfa memberikan buku gambarnya.
"Wow!!" Vanya takjub. Ini pertama kali ia melihat gambar Alfa. "Kau berbakat. Boleh aku lihat semua gambarmu?" Karena Alfa mengangguk Vanya langsung melihat dari halaman pertama. Dan tersentak ketika ada gambarnya sedang mengerjakan soal Fisika di papan tulis. "Ini aku?"
"Yah."
"Secepat itu?"
"Yah secepat kau mengerjakan soal fisika di papan tulis."
"Luar biasa! Kalau begitu kita harus foto bertujuh dan kau melukis kita."
"Boleh. Bagaimana kalau di Kota Tua? " Alfa menyanggupi. Ia senang.
"Apa yang kalian ributkan?" Anggun terbangun kemudian melepas earphone.
"Sabtu nanti kita ke Kota Tua. Alfa akan melukis kita."
Anggun sumringah. Wajah kantuknya pudar. "Seru!!"
"Aku bawa mobil. Kalian menginap di rumahku mau?" Johan tersenyum lebar.
Kami saling berpandangan. "Boleh."
"Sssssssttttt...."
***
Ruben, Bayu, Alfa, Johan, Vanya, Mutia dan Anggun masih berdiri di koridor depan kelas. Sore ini mereka mengikuti seleksi ekstrakulikuler basket.
"Kau SMP ikut basket pasti?" Tanya Vanya sambil merapikan poni Mutia.
"Yah. Dan masuk di tim ini impianku sejak dulu. Semoga aku bisa."
"Harus. Kau pasti bisa Mutia."
Mereka pun turun bersama.
Di lapangan semua siswa kelas satu yang akan ikut basket sudah berkelompok. Ruben, Alfa, Vanya, Anggun dan Johan duduk di tepi lapangan bersama penonton lain.
Mata Vanya berhenti disatu titik. Kak Illas! Ia sedang mengobrol dengan temannya. Ternyata dia anak basket, tubuhnya atletis dan kulitnya eksotis. Aghh.. Vanya keep calm please! Vanya mengalihkan pandangannya ke Mutia dan Bayu, tetapi tetap saja matanya kembali lagi ke Kak Illas. Kostum basketnya memeras hati. Suka!
KAMU SEDANG MEMBACA
Potret Persahabatan
Storie d'amoreVanya. Mutia. Anggun. Bayu. Ruben. Alfa. Johan. Potret persahabatan dengan sejuta cerita yang terekam dalam seribu bingkai ekspresi.