Semakin hari hubungan Ruben dan Diaz semakin muncul kepermukaan

1.1K 58 0
                                    

Semakin hari hubungan Ruben dan Diaz semakin muncul kepermukaan. Dan ini jadi tontonan yang mau tidak mau harus Vanya lihat, ia sudah tidak bisa menghindari mereka yang sekarang terang-terangan.

"Vanya."

"Alfa? Tumben kamu ke kelas aku?"

"Makan siang mau?"

Vanya menggeleng. "Aku males ke kantin."

"Masih?"

"Aku lemes Al."

"Kamu kurusan Va."

"Iyalah, patah hati sekaligus abis ulangan. Lagi kalau keluar kelas aku pasti flash back ke belakang setiap kali lihat kantin. Yasudahlah nikmati saja, ini episode ketiga masa SMAku! Aku mau tahu ujungnya. Apakah berakhir bahagia atau sedih?"

"Terus mau sampai kapan begini terus?"

"Sampai aku bener-bener siap."

"Kapan siap kalau dimanjain terus patah hatinya?"

"Aku sama Ruben lebih sakit daripada aku sama Igo, Al."

"Itu karena intensitas kebersamaan kamu sama Ruben lebih sering."

Vanya mengangguk. "Apa kabar Igo yah? Apa kabar sama hubungan kami?"

Alfa menoleh. "Kamu sendiri bingung?"

Vanya mengangguk. "Problematika asmara banget yah Al. Kamu kok kayaknya hadapin masalah kamu santai banget si Al?"

"Buat apa dibawa susah? Masalah itu selalu ada, kalau ditekunin makin rajin dia dateng. Masa iya kamu mau dikuasain masalah, katanya sudah SMA, sudah menuju dewasa, ya dewasalah berpikir. Karena yang galau dan cengeng itu cuma anak kecil atau ABG. Kayak kamu sekarang ini."

"Alfa, kamu sekarang nyindir aku?"

"Habis kamu kayak burung dalam sangkar."

"Kamu maksa aku makan kayak mau taktir aja."

"Aku traktir deh kalau kamu mau makan."

"Mmm..enggak Al. Aku lagi enggak bisa nelen."

"Serius? Kalau es krim?"

"Kamu maksa?"

"Ayo!" Alfa langsung menarik lengan Vanya dan mengajaknya ke koperasi. "Kalau ada mereka kamu jangan peduliin, ada aku." Jelas Alfa tenang sambil menggenggam jemari Vanya, mengambil semua kegelisahan hati sahabatnya itu.

Alfa melangkah pasti menggandeng Vanya. Tatapannya lurus, ia tidak peduli tatapan seribu tanya yang menghujani mereka. Dia hanya ingin mengeluarkan Vanya dalam sangkar yang selama ini mengurung sahabatnya itu dari patah hati.

"Aku sesak nafas Al." Suara Vanya memecahkan lamunan Alfa.

"Kamu suka cokelat atau rasa buah?"

"Rasa buah."

"Es krim rasa buah dua, Pak." Alfa mengeluarkan selembar sepuluh ribu. "Kita duduk di depan, sebentar lagi yang lain keluar dari kantin, kalau lihat kita di sini pasti mereka nyamperin." Ucap Alfa sambil menerima kembalian dan cup es krim. "Yuk."

Aku melewati basecamp Pramuka, sekelebat aku mengingat Igo. Ada rindu yang bergetar dihati. Aku kangen kamu Igo. Kamu di mana?

***

Potret PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang