Tribute for Third Graduation.

1.4K 60 0
                                    

"Guys!!" Bayu meletakkan selembar brosur di meja Ruben. "Acara OSIS. Farrewel dari kelas I dan II untuk kelas III. Ikutan yuk!"

"Tribute for Third Graduation?"Jawab Alfa.

"Ini acara tahunan gitu. Audisinya dimulai Jumat ini."

"Mereka kan musuh kita. Ogah! Aku masih trauma lihat mereka! Untuk apa?" Ketus Anggun. "Aku cuma mau nonton dari koridor. Mereka bukan dewa."

"Enggak ada salahnya lagi. Pepatah bilang, cara menjatuhkan lawan adalah dengan mengajaknya berkawan.Its ime to proof them that we are cool, guys!!"

"Buat siapa? Buat Roland dan kawan-kawannya yang tengil itu? Enggak!"

"Anggun." Bayu berusaha merayu.

"Aku setuju." Johan bersuara.

"Serius Jo!!" Wajah Bayu langsung cerah. "Ini saatnya kita kasihtau mereka kalau kita punya potensi berkembang yang positif. Selama ini mereka berpikir kita huru-hara doang, kita buktiin mereka salah. Roland dan kawan-kawan bisa ditakutin kan bukan karena cuma rusuh tapi karena mereka kreatif dan pinter. Kita juga harus gitu!"

Mereka semua berpikir.

"Semenjak ganti kaca mata kayaknya kau makin ganteng Jo." Bayu merangkul Johan akrab. "Pas kelas dua kau pasti sudah punya pacar."

"Aku ikut!" Sahut Alfa.

"Aku juga." Mutia menyambung.

"Aku juga!" Sahut Ruben dan Vanya bersamaan.

"Oke suara terbanyak." Anggun menyerah.

"Yeaaaeeyy!!!"

They set up the stage on fire, guys!!

Tujuh Sahabat berhasil bikin sekolah bernyanyi, sukses membangun animo kecintaan adik-adik kelas untuk kakak kelas tiga dengan pembagian bunga. Kelas tiga terharu? Definetely Yes! Pamor ketujuhnya langsung naik dan anak kelas tiga yang sombong itu naikpanggung memberi peluk dan cium.

They were enemy but now they give thanks.

Tetapi mereka tidak tahu, ketika Bayu membujuk setengah mati sahabat-sahabatnya untuk berkontribusi di acara ini, satu-satunya alasan Vanya akhirnya menjawab "iya" adalah demi Igo.

Demi Igo. Demi dia aku tampil. Sekalipun awalnya aku tidak yakin ini akan berhasil, karena kelas tiga dalah musuh kami. Bukan. Bukan kami dan bukan kelas tiga. Tetapi Roland dan Vanya. Masa bodo mereka semua! Yang penting Servagio Adam!

Vanya mencari-cari Igo ketika bernyanyi supaya Igo tahu kalau diam-diam Vanya menyemangatinya karena hanya cara ini yang bisa ia persembahkan. Karena putus asa, Vanya nekat menyebut personil Roland and the bastards.

"Special tribute for Roland Sijabat, Ismail Syah, Pandu Girinata dan Servagio Adam. We love you brothers even we had bad momments, but sure it just a sweet story in Senior High School. White and gray are the most beautiful chapter in our life. Thank you for everything you given us. It was so amazing! Success for you. Just the way you are in everywhere you gonna place. We are sorry for The Mockingjay."

We got cheering applause! Dan ditengah riuh tepukan dan teriakan satu sekolah aku menemukan Servagio Adam. Menemukan dia berlalu begitu saja tanpa sebuah senyuman. Ada apa dengan dia?

Tujuh Sahabat melihat Roland berdiri didampingi Pandu dan Mail. Mereka tidak senyum tetapi tatapan mereka tidak membunuh. Syukurlah! Tetapi kenapa Igo tidak bersama mereka? Apa apa dengan Roland and the bastards?

Potret PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang