"Kenapa kalian berharap aku sama Vanya?"

1.1K 52 0
                                    

Alfa tidak lepas memperhatikan Ruben dan Vanya. Bayu dan Johan demikian. Kali ini candaan Bayu dan Alfa tidak seheboh ketika mereka kelas satu. Berkali-kali mereka saling bertabrakan tatap dengan Ruben yang serba salah.

"Apa lagi yang bikin kamu dilemma Ben?" Bayu membahas ini di kolam renang ketika Vanya dan Mutia menyiapkan makan siang. "Hari ini jelas kan Vanya.."

"Aku enggak mau bahas di sini Bay."

"Kenapa enggak nyatain perasaan kamu sekarang sama Vanya di depan kita? Takut ditolak? Kalau pun ditolak enggak akan merubah persahabatan kita sedikit pun."

"Aku sudah tutup buku sama harapan itu."

"Harapan? Tutup buku? Kamu pikir pembukuan keuangan! Ben, sampai kapan kamu bohongin hati kamu sendiri? Kasihan anak kelas satu itu cuma pelampiasan."

"Diaz bukan pelampiasan. Aku serius sama dia."

"Seserius rasa yang pernah kamu punya sama Vanya? Atau masih ada rasa itu?"

Ruben menggigit giginya sendiri. "Kenapa kalian berharap aku sama Vanya?"

Bayu geregetan mendengar pertanyaan yang malah terlontar balik padanya. Bayu menggeleng. "Apa kamu enggak bisa sedikit lebih sabar? Vanya hanya .."

"Vanya sudah ada yang punya Bay. Itu alasan aku enggak lanjutin semuanya." Ruben meninggalkan Bayu. Alfa dan Johan yang dari tadi diam saja kaku mendengar jawaban Ruben. Kali ini mereka bertiga hanya bisa melihat punggung Ruben.

***

Potret PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang