R U B E N vs D I A Z

1.1K 55 0
                                    

"Ada apa?" Tanya Ruben datar tanpa menatap Diaz. "Aku tidak punya waktu."

"Aku ingin kau tahu sesuatu." Diaz menunjukkan ponselnya. "Anggun dan Mutia mengancamku. Mereka sudah berkali-kali melakukan ini tetapi aku tidak peduli karena selama ini kita baik-baik saja. Sekarang aku harus tunjukkan sms ini supaya kau tahu bagaimana aslinya sahabat-sahabatmu."

Ruben membaca pesan ancaman yang memojokkan Diaz.

"Vanya. Aku tahu kau dekat dengan dia waktu kelas satu, tetapi aku tutup mata selama ini karena itu hanya masa lalumu, aku tidak peduli sedekat apa kalian dulu karena sekarang kau milikku. Tetapi aku bisa membaca mata marahnya kalau ia tidak terima hubungan kita. Aku bisa melihatnya sejak kau perkenalkan dia."

Ruben berusaha mencerna semua ucapan Diaz.

"Aku rasa hubungan kita cukup kuat untuk menghadapi problema ini. Kalau aku memang penghambat untuk hubungan kau dan sahabat-sahabatmu, atau nilaimu merosot karena waktumu lebih banyak bersamaku, kita bisa atur semua ini. Tetapi kalau aku harus kehilanganmu aku enggak sanggup. Aku sayang sama kamu bahkan lebih dari itu. Aku yakin kamu jodohku, aku memang posesif tapi itu demi kita. Memang masih terlalu jauh untuk bicara masa depan tetapi aku tidak pernah main-main sama hubungan. Aku akan melakukan apapun yang kau minta. Termasuk menerima sahabat-sahabatmu yang menolakku, aku siap."

Ruben memejamkan matanya. Ia menunggu beberapa menit sampai akhirnya bersuara. "Kau yakin Anggun dan Mutia yang melakukan ini?"

"Selama ini apa kau tidak melihat keanehan?"

Ruben menggigit rahangnya. Ia akui Anggun dan Mutia menjauhinya.

"Akan aku selidiki."

"Ini sudah jelas Kak." Mata Diaz terbelalak emosi. "Aku sakit hati."

"Jangan paksa aku untuk subjektif Diaz."

"Oke. Oke."

"Ada lagi?"

"Maksudmu?"

"Aku harus segera pergi. Aku mau futsal."

"Kau enggak ajak aku?"

"Enggak. Tidak ada perempuan di sana."

"Bukankah selama ini begitu?"

"Justru itu!" Ruben berdiri tegap. Tanpa pamit Ruben kemudian melajukan motornya. Dia jelas sekali menangkap wajah Diaz yang menegang karena emosi.
***

Potret PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang