Musim pertama ulangan semester dua sudah datang. Vanya kembali berkutat dengan buku, membuat catatan kecil untuk pelajaran IPS supaya mudah menghafal dan melatih otak dengan soal-soal. Vanya tidak bisa diganggu siapapun kalau sedang serius belajar.
Vanya hampir terlelap di angkot ketika pulang sekolah. Ini hari kedua ulangan dan ia tidak cukup tidur. Vanya terbangun ketika supir mendadak rem.
"Igo?" panggil Vanya pelan. Igo menoleh.
"Hai Vanya." Sapanya balik.
"Aku tidak melihatmu pas naik tadi."
"Aku baru saja naik. Bagaimana semester dua?"
"Lagi musim ulangan dan pening sekali." Vanya bergeser karena ada penumpang yang turun sehingga mereka berhadapan. "Bagaimana persiapan UNmu?"
"Mulai memecahkan kepala."
Mereka tertawa.
"Aku baru tahu kau naik angkot ini. Kau di Sunter juga? Dimananya?"
"Sunter paradise. Kau?"
"Dekat pengadilan negri."
Mereka sama-sama tersenyum. Tidak ada topik lagi. Vanya senang ketemu lagi sama Igo, beberapa hari ini Ia tidak melihat Igo. Dan bisa ngobrol baik-baik sama Igo setelah kejadian kemarin membuat Vanya memikirkannya lagi. Igo.
"Aku duluan Igo."
"Yah. Hati-hati Vanya."
Aku senyum-senyum sendiri. Igo benar-benar membuatku memikirkannya lagi.
***
"Kau siap ulangan Geografi?" Alfa duduk di sebelah Vanya.
"Kau tahu aku lemah sekali kan?"
"Sebentar lagi bel kau harus tenang."
"Thanks Al."
Alfa menjepit hidung Vanya dengan jarinya.
"Aku mau minta maaf soal kejadian di stadion. Aku enggak becus jagain kamu."
"Al. Kita lagi teriak-teriak heboh hari itu dan enggak ada yang sangka kalau kejadiannya secepat itu. Kalau saja kita tahu bahkan kejadian itu enggak terjadi dan kamu jagain aku. Sekarang kita baik-baik aja yang penting."
Alfa mengangguk setuju.
"Jadi kita jodohin kakak-kakak kita?"
Alfa menarik hidung Vanya gemas. "Tunggu aku bicara lagi sama Mbak Arlin."
"Serius Al?"
Alfa malah menatap Vanya dengan senyuman tampan yang baru ini ia keluarkan. Pastinya dengan harapan Vanya akan luluh mengakui ketampanan yang selama ini tersembunyi dibalik guyonannya yang konyol.
Di pojok belakang, ada sepasang mata yang mengawasi Alfa dan Vanya. Menatap awas dengan perasaan campur baur, ia takut seseorang merebut Vanya-nya, sekalipun itu sahabatnya sendiri.
"Selamat ujian."
"Sukses Al."
Alfa mengedipkan matanya memberikan jempol untuk Vanya.
***
"Hai Vanya!"
Vanya terbangun dari tidur. Di angkot.
"Kau tidak tidur karena ulangan?"
"Yah aku jadi ngantuk sekarang."
"Besok ulangan apa?"
"Biologi dan Kimia."
"IPA. Kau suka IPA?"
"Itu lebih baik daripada menghafal Sejarah dan Geografi yang rumit."

KAMU SEDANG MEMBACA
Potret Persahabatan
RomanceVanya. Mutia. Anggun. Bayu. Ruben. Alfa. Johan. Potret persahabatan dengan sejuta cerita yang terekam dalam seribu bingkai ekspresi.